aku senang menganalisa, aku senang menulis, aku senang membaca, aku senang menggali informasi tapi aku tidak senang diintimidasi, aku tidak senang dicemooh, aku tidak senang dikecilkan, dicap, dilabeli tidak punya masa depan.
aku tidak seperti mereka, aku memang berbeda, aku lebih berani berujar, aku lebih berani bertingkah, aku lebih berani berbuat, karena itulah aku, aku senang bertanya tapi mereka tidak senang menjawab, aku senang berulah tapi mereka berkata aku pembuat onar.
mereka semua berkata aku tidak punya masa depan, mereka semua berkata aku anak yang malas, mereka semua berkata aku anak yang bodoh, mereka semua berkata aku anak yang tidak pernah menurut, mereka semua berkata aku tidak akan sukses, semua mereka katakan, semuanya mereka tumpahkan kekesalan mereka tepat dibenak ku seperti muntahan dari seorang pemabuk, kata-kata mereka menghardik membabi buta memecahkan semua impian ku tentang masa depan.
aku tidak perduli, mereka membuang ku, mereka mencampakkan ku, mereka mendang ku jauh ke tengah jalanan yang kosong tanpa ilmu, tanpa harapan, tanpa mimpi, aku duduk bersama mereka yang bertatapan kosong, aku bersama mereka yang berotak kosong, aku bersama mereka yang penuh dengan bualan kosong.
kulihat disudut sana sebuah cahaya dari sebuah kotak bermata satu, aku kenal dia, aku tahu itu, memang aku tidak dekat dengannya, aku teringat bahwa aku senang menganalisa, menulis, membaca, menggali informasi, aku bisa berguru dengannya, aku bisa membaca dan menganalisa dengannya, aku bisa menulis dan menggali informasi dengannya, aku bisa mencari rasa keingintahuan ku dengannya tanpa intimidasi, tanpa cambuk, tanpa belenggu. Â
"maaf pak.. untuk konten kita minggu depan apa ya"Â sahut salah satu manager ku yang membuyarkan ingatan ku pada kenangan masa itu.
"guru ku lebih hebat dari google"
-TAMAT-
M.I.