Mohon tunggu...
M. Iqbal Fardian
M. Iqbal Fardian Mohon Tunggu... Ilmuwan - Life Time Learner

Penulis adalah seorang pendidik di sebuah sekolah swasta kecil di Glenmore, Banyuwangi. Seorang pembelajar yang tak pernah selesai untuk terus belajar. Saat ini penulis sedang menempuh Pendidikan di Program S3 Ilmu Ekonomi Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aku, Kotaku, dan Adam Smith [Part.2]

8 Februari 2019   13:01 Diperbarui: 8 Februari 2019   13:29 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kirkcaldy - Glenmore Indonesia/simpleflying.com

Kirkcaldy berjarak 10 miles dari Edinburg. Yang  berjarak kurang lebih 120 miles sebuah kota kecil di dataran tinggi yang bernama Glenmore. Nah kalau yang ini bukan Glenmore  kota kelahiran saya di Indonesia, tetapi Glenmore yang asli di Skotlandia. Sebuah bukti otentik kalau nama Glenmore merupakan istilah yang sangat popular di Skotlandia.(Ian Simson Ross 2010)

Sebuah dampak dari pemikiran dari Adam Smith dalam buku The Wealth Of the Nation mendobrak sebuah sistem ekonomi yang di kenal dengan masa merkantilis. Dalam pemikiran kaum merkantilis mempercayai bahwa ekonomi dunia suatu saat akan mengalami kemandekan. 

Satu-satunya jalan agar ekonomi  tumbuh dengan cara menguasai negara lain sebagimana penelitian yang dilakukan oleh Bertrand Jouvenel  yang menyatakan bahwa dimasa merkalintis system ekonomi yang di gunakan sebagai  "Wealth was therefore based on seizure and exploitation" (Jouvenel 1999).  

 Dimasa itu doktrin bullionist masih cukup popular di awal abad ke 17 dalam doktrin tersebut menyebutkan bahwa sumber kekayaan sebuah bangsa adalah pengumpulan emas dan perak secara besar-besaran. (Screpanti, Ernesto &Zamagni 2005). 

Bagi mereka uang, emas dan perak merupakan sumber kekayaan. Meskipun para ilmuwan ekonomi dimasa itu sudah mulai berani mempertanyakan tentang pandangan yang menganggap uang, emas dan perak merupakan sumber dari kemakmuran sebuah bangsa.  

Beberpa dari mereka antara lain Gerald De Malynes, Edward Misselden and Thomas Mun, yang sudah mencoba melakukan analisa tentang sumber kemakmuran sebuah negara.


Glenmore Skotlandia - Kirkcaldy Skotlandia. Sumber : tangkapan layar pada google map
Glenmore Skotlandia - Kirkcaldy Skotlandia. Sumber : tangkapan layar pada google map
Gerald De Malynes misalnya berpandangan bahwa penyebab utama dari ketidak seimbangan neraca perdagangan adalah nilai tukar (exchange rate). Sedangkan Edward Misselden memiliki pandangan berbeda dengan De Malynes berpandangan adanya surplus dan deficit dari neraca perdagangan itulah yang menyebabkan nilai tukar berubah-berubah, dan negara harus dapat meningkatkan export dan mengurangi import  dan inilah sebenarnya yang menjadi doktrin utama dari doktrin merkantis.

Secara sistematis doktrin ini kemudian di pertegas oleh Thomas Mun, bahwa keadaan yang sebenarnya terjadi dalam perdagangan adalah keluar masuknya emas dan perak di suatu negara itu ditentukan oleh neraca perdangan secara umum. 

Untuk menjaga kemungkinan terjadinya deficit dalam neraca perdagangan, maka sebuah negara seharusnya melakukan Import bahan-bahan mentah dari negara lain, dari bahan  mentah ini merupakan sumber bagi sektor industry di sebuah negara, dan dengan keunggulan dalam teknologi maka negara tersebut harus bisa menjualnya ke negara lain (export) dengan harga lebih tinggi.(Screpanti, Ernesto &Zamagni 2005.P.35).

Dari doktrin inilah merkantilis yang kemudian berkembang dengan ikut sertanya negara untuk turut  terlibat dalam kegiatan ekonomi. Dalam paham merkantilisme ini kemudian lahirlah kemudian istilah political economic. 

Dengan indentifikasi munculnya kelas baru dalam perekonomian, yaitu kelas pedagang (merchant). Yang memegang peran penting untuk menciptakan kesejahteraan bagi negara. Bahkan negara merasa untuk mencapai kemakmuran mereka menganggap sebagai sebuah perusahaan besar dalam perekonomian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun