Mohon tunggu...
M. Iqbal Fardian
M. Iqbal Fardian Mohon Tunggu... Ilmuwan - Life Time Learner

Penulis adalah seorang pendidik di sebuah sekolah swasta kecil di Glenmore, Banyuwangi. Seorang pembelajar yang tak pernah selesai untuk terus belajar. Saat ini penulis sedang menempuh Pendidikan di Program S3 Ilmu Ekonomi Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Ziarah Wali di Pulau Bali" Menelusuri Jejak Penyebar Islam di Pulau Bali

31 Desember 2018   11:12 Diperbarui: 31 Desember 2018   12:14 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : M.Iqbal fardian

Hari masih siang matahari masih bersinar, cukup  ketika bus yang membawa kami memasuki Kampung Loloan Barat di Kabupaten Jembrana, Bali. Perjalanan selama kurang lebih empat jam dari Glenmore, Banyuwangi pada pertengahan Mei lalu itu mengantarkan kami pada suasana yang tidak pernah kami bayangkan. 

Tidak ada penjor, janur kuning yang menjadi salah satu ciri khas pemukiman warga Bali. Tidak ada pula sesajen seperti yang biasa kami temukan. Senja itu kami disuguhi pemandangan Bali yang lain dari biasanya: suasana yang akrab dengan keseharian kami di kampung halaman. Padahal, Loloan Barat berada di Bali, pulau para Dewa.

Rumah panggung khas Melayu-Bugis berdiri di beberapa sudut kampung. Penjual sate Madura tengah asyik melayani pembeli di gerobaknya. Beberapa lelaki berkopiah dan bersarung keluar masuk toko berpapan nama aksara Arab. 

Saya pribadi merasa seperti berada di Kampung Ampel, Surabaya. Aroma minyak wangi yang meruap menambah kuat kesan Kampung Ampel di Loloan Barat ini. Apalagi setelah kami mendekati komplek makam Habib Ali bin Umar bin Abu Bakar Bafaqih, salah satu ulama yang berjasa dalam penyebaran Islam di Bali. "Loloan memiliki peran penting masuknya Islam di Bali," kata Ahmad Dasuki yang memandu kami.

Lokasi makam yang tidak persis di pinggir jalan membuat kami harus menyusuri perkampungan ini. Tapi, kami bersyukur karena dapat berinteraksi dengan penduduk kampung yang membuat saya penasaran sedari tadi. 

Terlebih, logat bicara mereka mengingatkan saya pada dialog kartun negeri tetangga: Upin dan Ipin. "Bahasa Melayu sudah digunakan di sini sejak dua abad silam," katanya. Penutur awal bahasa Melayu datang dari Trengganu yang mengikuti migrasi penduduk Pontianak dan Bugis setelah Makassar jatuh ke tangan Belanda pada 1667. "Warga Bugis di sini masih keturunan Sultan Wajo," kata Dasuki. Bahasa Melayu itu masih digunakan oleh komunitas muslim hingga sekarang. Warga Jembrana menyebutnya bahasa Melayu Bali.

Meski mayoritas penduduk Bali beragama Hindu, pemeluk Islam di Loloan tetap hidup tenang dan damai berdampingan dengan umat lain di dalam maupun di luar kampung. Jejak penyebaran Islam seperti makam Habib Ali turut dilestarikan. 

Selain mewariskan pesantren yang masih aktif hingga sekarang dan sejumlah kitab, Habib Ali adalah santri terakhir Kyai Kholil Bangkalan, ulama kharismatik dari Madura di masa perang kemerdekaan. 

Tidak mengherankan jika makam Habib Ali menjadi tujuan pertama wisata ziarah di Bali. Apalagi lokasinya paling dekat dengan Banyuwangi di ujung timur pulau Jawa. Di makam inilah kami berdoa semoga jariyah Habib Ali menebar ajaran Islam yang damai menjadi tabungan di akhirat.

Wisata ziarah ke Loloan tidak hanya mengunjungi makam Habib Ali. Di kampung ini kita dapat menemukan jejak lain yakni Pondok Pesantren Mambaul Ulum di Loloan Timur. Pesantren yang didirikan KH Ahmad Dahlan dari Semarang tahun 1935 ini masih bertahan hingga sekarang dan menjadi salah satu jejak kehadiran Islam masa lalu. 

Yang tidak kalah menarik tentu saja prasasti dari ukiran kayu dan Al Quran tulisan tangan yang disimpan di Masjid Baitul Qadim. Ukiran dan Al Quran ini diperkirakan berusia 200 tahun lebih. Di salah satu ukiran kayu itu tertulis aksara tahun 1268 Hijriyah. Benda-benda bernilai sejarah ini membutuhkan perhatian lebih agar tidak rusak karena pelapukan akibat faktor usia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun