Mohon tunggu...
iqbal Assiddiqi
iqbal Assiddiqi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa

Saya moh iqbal assiddiqi si pemuda yang memiliki hoby mancing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dinamika Kegaduhan Komunikasi Politik Jelang Pesata Politik 2024

8 Mei 2024   09:10 Diperbarui: 8 Mei 2024   09:23 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh : Moh Iqbal Assiddiqi/2106016013

Nuansa komunikasi politik semakin terasa gegap gempita menjelang Pemilihan Presiden 2024. Dalam hal tersebut kami mencoba menulis opnini tentang "Kegaduhan Komunikasi Politik" dijabarkan bahwa atmosfir politik yang semakin intens terlebih lagi calon-calon pemimpin saling menawarkan visi, jargon, dan strategi pemasaran sebagai bentuk persaingan menuju kursi kekuasaan tertinggi.

  • Pergeseran dalam komunikasi politik menjadi lebih nyata dengan adanya media sosial dan internet. Televisi, media luar ruang, podcast, media sosial, portal berita, dan lembaga survei semuanya menjadi arena kontestasi yang melibatkan pemasaran politik melalui dukungan kaptalisasi dan korporasi. Kesalahan kecil dalam komunikasi dapat memicu respons yang dapat merusak potensi dan kredibilitas calon pemimpin.
  • "Pergeseran dan corak komunikasi politik begitu nyata jika dibandingkan dengan masa-masa di mana media sosial dan internet belum ada. Semua lini, kemudian menjadi arena kontestasi, khususnya pada ranah komunikasi dan salurannya," tulis kami dalam opini artikel.
  • Pasar pemilih menjadi penentu utama dalam proses pemilihan, di mana setiap calon berusaha memenangkan hati dan pikiran masyarakat. Dalam pasar bebas politik seperti ini, emosi dan kegaduhan komunikasi menjadi bagian tak terpisahkan. Calon dan pendukungnya diharapkan untuk tidak terlalu terpengaruh emosional, karena pasar politik cenderung memihak pada yang memiliki strategi dan ketenangan dalam berkomunikasi.
  • Penulis kembali mengingatkan pada pemilihan presiden sebelumnya, di mana praktik komunikasi politik memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Preferensi politik diungkapkan dalam polarisasi seperti Kapret versus Cebong, PKI-Komunis versus Radikal-Kekhalifahan, dan lainnya.
  • Permainan kata-kata, retorika, argumentasi, dan praktik propaganda menjadi elemen penting dalam komunikasi politik. Artikel menyoroti bahwa era ini telah memasuki post-truth, di mana fakta bukanlah hal mendasar, melainkan bagaimana kata-kata diproduksi secara masif untuk memengaruhi opini publik.
  • Penulis menyoroti bahwa kesalahan kecil dalam komunikasi dapat memicu respons yang merugikan. "Kesalahan dan kesleo lidah sekecil apa pun, akan memunculkan respon dan reaksi, yang dapat dipakai mendistorsi dan medelegitimasi potensi dan kredibilitas setiap calon," tegasnya.
  • Kemampuan komunikasi pemilih dalam memahami konteks pesan kampanye menjadi hal yang krusial dalam hal ini, khususnya para "first-voters". Artikel opini tersebut menegaskan bahwa generasi muda perlu memperhatikan rasionalitas, kekritisan, prioritas kepentingan, kejujuran, dan konsistensi perbuatan calon saat menilai dan memilih pemimpin. Dalam menghadapi dinamika kegaduhan komunikasi politik, Dr. Basuki menyarankan agar generasi muda memilih pemimpin yang memiliki integritas, intelektualitas, dan ketulusan.
  • Dengan demikian, artikel ini mencerminkan tantangan dalam komunikasi politik menjelang Pemilihan Presiden 2024, di mana kegaduhan dan dinamika pasar politik menjadi faktor utama yang perlu diatasi untuk menjaga keutuhan dan keadilan dalam pesta demokrasi mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun