Mohon tunggu...
iqbal
iqbal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Takdir Tuhan untuk sang Kolonel

23 Oktober 2010   15:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:10 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selepas jam dinas sang kolonel ingin beristirahat karena 3 jam kemudian dia harus berangkat ke jakarta.  Dia hendak tidur sejenak untuk melepas lelah, karena takut ketiduran dia pun berpesan kepada Istri dan anak nya untuk membangunkannya 1/2 jam kemudian dengan perhitungan sekarang pukul 17.00 dan Pesawat take off pukul 19.40 ( 1/2 jam bersiap-siap dan berkemas serta 1/2 jam perjalanan menuju bandara..pas lah ).

Karena sibuk memasak didapur , sang istri lupa akan amanah dari suaminya begitu juga si anak yang asik bermain sehingga lupa membangunkan ayahnya. sejam lebih sang kolonel pun terbangun dan dengan cepat dihadapkannya wajahnya ke arah jam dinding. waktu menunjukkan 18.50 "wah gawat saya ketiduran" gumam sang kolonel lalu dengan kesal sang kolonel mengemas pakaian dan bersiap untuk menuju bandara, dia sangat marah kepada istrinya dan saking marahnya dikeluarkan pistol dan berkata "kalau saya terlambat sebutir peluru ini untukmu" dia pun berlalu menuju mobil, sang supirpun telah siap.

Dalam perjalanan sang kolonel berkata kepada sang supir "kamu harus tiba dibandara sebelum pukul 19.30 kalau tidak sebutir peluru ini menjadi milikmu" sembari memperlihatkan sepucuk pistol revolver, Keringat sebesar butir jagungpun bercucuran dari tubuh si sopir, mungkin karena takut atau dasarnya memiliki skill mengemudi yang baik, belum 15 menit mereka hampir sampai di gerbang areal bandara. Namun takdir berkata lain, didepan terjadi kecelakaan yang menyebabkan kemacetan panjang, selama 20 menit mereka terjebak. sesampainya di bandara sang kolonel bergegas untuk boarding namun sayang pesawat yang ingin ditumpanginya telah lepas landas. Ia pun sibuk mencari pesawat lainnya namun semuanya full. Sang kolonel pun marah, dengan wajah yang memerah sembari berkata dalam hati "ini gara-gara ibu". Ternyata malam ini dia harus menghadiri rapat persiapan  promosi jabatan termasuk dirinya yang dilangsungkan esok harinya. Ia pun putus asa dan berjalan menuju keluar sambil menghubungi telpon genggam sopirnya, setibanya didepan pintu ia pun melambai kepada si sopir. Melihat lambaian itu keringat sang sopir yang baru saja mengering kembali bercucuran.

Dalam perjalanan pulang keduanya terdiam, si sopir tidak berani angkat bicara melihat wajah komandannya yang sedari tadi memerah dan dahi yang mengernyit petanda sang kolonel lagi marah besar. Setengah perjalananpun terlewati dalam keheningan sampai sang kolonel berkata "nyalakan TV". Sambil terdiam menyimak tayangan berita, setetes airpun keluar dari sudut mata sang kolonel ternyata berita yang ditontonnya menyiarkan langsung kecelakaan pesawat yang sedia ingin ditumpanginya. Sang kolonel pun berkata "tolong cepat kerumah".  

Setibanya dirumah dia buru-buru turun dari mobil dan berjalan masuk kerumah, saking buru-burunya serta perasaan haru pagarpun didobrak. Sang istri pun pucat melihat suaminya, dia sangat takut mengingat kata-kata suaminya tadi, dalam ketakutannya yang sangat dia pun mengucap La Haula Wala Quwwata Illa Billah namun diluar dugaan sang suami malah memeluknya sembari menangis terisak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun