Mohon tunggu...
Moch
Moch Mohon Tunggu... Jurnalis - Saifullah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sedikit ambisi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berpikir Rasional Belum Tentu Komunikatif

13 Juli 2020   01:42 Diperbarui: 13 Juli 2020   01:39 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jass Moekmien|dokpri

Oleh : Jass Moekmien

Sebagaimana yang telah didefenisikan oleh kaum filosof bahwa yang dimaksud dengan rasionalisasi adalah sebuah tindakan rasionalitas melalui metode perhitungan yang masuk akal untuk mencapai tujuan tertentu dengan berdasarkan pada pilihan-pilihan yang bisa diterima akal sehat. 

Pola pikir semacam ini pernah dianggap sempurna untuk mengukur sebuah kebenaran, meskipun pada kenyataannya terdapat banyak kelemahan/terdapat sisi gelap dalam bangunan retorika yang tidak cukup tersinari oleh logika dan sinar kebijaksanaan sehingga menyebabkan warna kebenaran itu sama dengan belum tercerahkan alias "samar dan abu-abu". 

Hakekat kebenaran tidak selamanya bersifat universal. Itu artinya, seluruh kebenaran yang masih bersifat dinamis masih perlu dikaji lagi atau wajib diuji kembali nilai kevalidannya.

Rasionalisasi tidak bisa diposisikan seperti hakim agung untuk memutuskan siapa yang paling benar dari dua hal yang sama-sama benar menurut versinya, apalagi sampai menghakiminya dengan hukum kausalitas karena masing-masing individu yang sedang mencari kebenaran pasti punya persepsi berbeda tentang kadar kebenaran sesuai dengan apa yang telah diyakininya sejak lama, baik melalui penelitian ilmiah maupun dengan pengalaman indrawi. 

Rasionalisasi idealnya berposisi sebagai "polisi kebajikan" untuk menangkap pemikiran-pemikiran jahat yang melanggar etika dalam hubungan sosial kemasyarakatan dan keagamaan dengan bertujuan melakukan pembinaan rasio (akal).
Perlu diingat bahwa orang yang berakal sering berpikir dan bertindak melalui 4 (empat) karakter yang berbeda-beda satu sama lain.

Menurut Jurgen Habermas tindakan akal terbagi atas empat karakter utama:
1. Berpikir dengan tindakan Teleologis
2. Berpikir dengan tindakan Normatif
3. Berpikir dengan tindakan Dramaturgik
4. Berpikir dengan tindakan Komunikatif.

Dari ke empat tindakan di atas semua dibenarkan dan masuk akal, meskipun sangat berbeda baik cara, maksud dan tujuannya. Komuniskasi yang baik adalah dialog kebijaksanaan tanpa membantah isi kepala lawan bicara sebelum meramu pikirannya dalam hatimu.

1. Berpikir dengan tindakan teleologis merupakan jalan pemikiran seseorang untuk melakukan sesuatu demi tujuan tertentu, dan dengan sengaja membatasi maksud/tujuan masyarakat umum.

2. Berpikir dengan tindakan normatif adalah sebuah pemikiran yang selalu mengedepankan aturan dan norma yang berlaku di tengah masyarakat tanpa mencari alasan untuk melemahkannya.

3. Berpikir dengan tindakan dramaturgik merupakan pola pikir praktis demi tujuan pencitraan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun