Mohon tunggu...
Sintia rahayaan
Sintia rahayaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mencari sisa kebenaran dari butir-butir keringat sejarah yang ada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menata Indonesia dari Papua. Refleksi Hari Pendidikan

2 Mei 2024   14:16 Diperbarui: 2 Mei 2024   15:18 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mengenang hari pendidikan nasional menjadi perenungan history bagi semua orang, sebab afdol nya pendidikan dapat merubah setiap tatanan kehidupan, membuka jendela untuk menatap dunia lebih luas. Sehingga sejak awal kemerdekaan ,hal fundamental yang menjadi konsensus awal berdirinya negara kesatuan republik Indonesia di dasari dengan spirit memperhatikan pendidikan dan menghapus ketimpangan sosial, dalam hal ini menghilangkan kemiskinan dengan cara memelihara fakir miskin sebagai mana yang terlampir dalam undang undang , pasal 31 ayat 1 dan 2 , pasal 34 ayat 1 

Maka atas nama warga negara, setiap orang harus tunduk dan patut terhadap undang- undang, yang menjadi fondasi kebernegarawan serta menjalankan amanah dari undang- undang tersebut menjadi bentuk mengabdi dan berkontribusi terhadap  negara.

Tatkala itu, ketika di hitung mundur dari pra kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan, dari zaman ke zaman ,rasa - rasanya ketimpangan sosial masih menjadi misteri yang sulit di pecahkan oleh setiap rezim yang berkuasa, kemiskinan masih menjadi ironi yang terus menghantui, keterbelakangan, kekerasan, dan lain-lain sebagainya nyaris menjadi permasalahan yang tak kian usai, maka sudah sewajarnya kita mencurigai terhadap kinerja pemerintah dari setiap rezim saat mereka berkuasa, dan itu adalah hasil dari proses pendidikan , sebab apabila seseorang tidak berpendidikan ,maka sulit rasanya ia dapat membedakan apa yang merupakan kejanggalan dan apa yang menjadi keharusan.

sebelum terlalu jauh, kiranya refleksi atas gagasan segar Paulo frere jangan menjadi arsipkan sejarah yang tak pernah di buka, pemuda yang berasal dari Brasil mampu membuka mata dunia agar lebih sempurna melalui jalur pendidikan, yang di konsepkan sedemikian sempurna,  hal sepadan di lakukan khajar Dewantara yang merupakan bapak pendidikan, tentu namanya terus harum dalam setiap bait- bait sejarah pendidikan, sama halnya dengan parah pahlawan yang lain nya 

Maka pergolakan pandangan berdirinya bangsa ini di penuhi dengan konsep besar, membawa bangsa ini kepada puncak tertinggi  dari setiap petualangan mencari esensi dari pendidikan 

Namun, kondisi real yang terjadi belum sepenuhnya sesuai apa yang di canangkan tokoh- tokoh besar dahulu. ketimpangan terjadi dimana-mana , bukan saja di Jawa tetapi marak terjadi di papua 

Kemerosotan dari setiap bidang baik ekonomi, sosial, politik dan hukum yang terjadi di Papua di akibatkan atas sikap acu tak acu terhadap masalah pendidikan, baik infrastruktur maupun superstruktur. Hal demikian menjadi permasalahan awal, menjawab setiap ketimpangan yang ada. 

Ungkapan jujur dan menyedihkan atas kondisi pendidikan di negara ini mengalami tumpang tindih yang amat dasyat, ketika orang dari beragam profesi datang ke Papua hanya untuk berinvestasi bukan membagi ilmu, ketika anak cendrewasi di pelosok negri terpaksa berjalan kaki, di jalanan yang berduri melintasi sungai untuk sampai ke sebuah tempat yang di anggap sakral dan bisa merubah hidup yang di sebut sekolah dengan penuh perjuangan dan pengorbanan, sementara di tempat lain anak- anak seumuran mereka sudah lihai berbicara dengan bahasa Inggris.

Ketika beragam protes di layangkan dari mulut mereka yang pemerhati hak sebagai anak negri di anggap kolot, sementara yang di tontonankan di layar TV adalah anak-anak seumuran mereka berjoget-joget dan berdansa dengan orang luar negri di anggap lumrah, 

Ketika bangunan sekolah di papua terbuat dari ventilasi kayu yang lapuk di tanggapi dengan ungkapan, ahh nanti saja.tetapi di sana, ada sekolah yang tidak mengenakan  AC tak bakal menjadi sekolah ternama. 

Hal tersebut dapat mengkonfirmasikan kegagalan negara dalam merawat kesetaraan hak setiap  anak bangsa dari satu kebutuhan yang paling mendasar yaitu pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun