Selain tayangan mistis, program sepakbola memang dianggap tidak ada matinya sebagai program andalan di televisi. Catatan kami dari siaran langsung sepakbola saat Liga 1 dimulai Jum'at, 22 Maret hingga Minggu 01 April 2018, rating acara sepakbola yang kebanyakan ditayangkan oleh Indosiar Visual Mandiri (IVM) antara 1.9 hingga 4.8 dengan share antara 10 hingga 20 persen.Â
Bahkan dari 10 tayangan sepakbola langsung yang diusung IVM pada Jum'at 23 Maret dan Sabtu 31 Maret menduduki peringkat pertama dan mengalahkan Reality Show Karma dan sinetron andalan RCTIÂ (Dunia Terbalik) dan SCTVÂ (Anak Langit).
Sepertinya sepakbola berkah buat IVM karena tayangan andalannya seperti Liga Dangdut pada kedua hari itu hanya ada di peringkat 16 dan 17 dengan rating rata-rata 2-2.2.
Namun ini sepertinya bukan berita baru bahkan Net TV dan TV One pernah mendapatkan juga berkah tayangan langsung ini karena perolehan rating dan share televisinya naik secara signifikan pada tahun-tahun musim kompetisi sebelumnya.Â
Lantas apa yang menjadikan sepakbola begitu membius dahaga penonton sehingga membuatnya menjadi tayangan "wajib" yang sepertinya tidak mengenal gender?
Analisanya mungkin karena "emosi kedaerahan" dan juga perhitungan rating Nielsen yang hampir 60 persen diambil dari DKI Jakarta dan daerah sekitarnya.
Dan dari tabel yang ada peringkat berikutnya yang membawa "emosi kedaerahan" adalah Persib Bandung dan PSMS Medan. Artinya pihak programmer televisi sudah tahu dan paham tim daerah mana yang punya keterikatan emosional dan berprestasi sehingga mampu menaikkan rating program bukan hanya pertandingan itu sendiri namun juga stasiun televisi penayangnya.
Membandingkan dengan banyak reality show 'setting-an' atau fake yang sudah jadi rahasia umum, tayangan sepakbola menawarkan hal yang benar-benar riil dan itu terlihat di lapangan pertandingan dimana kamera mampu menangkap ekspresi dan gesture para pemain saat menguasai bola, berebut bola dan mencetak gol.
Ditambah dengan suara riuh rendahnya penonton di stadion membuat program tayangan sepakbola dimana saja menghadirkan kebersamaan dan demokrasi tayangan yang down to earth.
Euforia kemenangan dalam sepakbola memang boleh saja tapi jangan sampai ketika timnya tidak menang malah merusak stadion dan ini memberikan citra buruk kepada sepakbola sebagai tayangan yang seharusnya sportif.