Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sosok Guru Ideal di Jaman Digital

28 Desember 2017   22:21 Diperbarui: 28 Desember 2017   22:42 1602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih jadi problem bagi masyarakat kebanyakan karena output pendidikan banyak yang tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan dan tantangan masa depan. Ditambah dengan jumlah lulusan yang masih didominasi lulusan SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) sehingga tidak bisa diharapkan menjadi tulung punggung industri Indonesia di masa depan.  Belum lagi permasalahan banyak sekolah yang rusak dan ambruk seperti sebuah aula  SMP negeri di ibu kota, Jakarta beberapa waktu lalu padahal sudah beberapa kali dilaporkan. Ditambah dengan Dana bantuan sekolah (BOS) yang terhambat, serta penggajian guru yang kurang dan tidak lancar.

Dilain pihak kompetensi guru dipertanyakan karena hasil siswa yang dihasilkan tidak sebanding dengan kompensasi yang diberikan yang makin bertambah. Artinya problem pendidikan di Indonesia dari hulu hingga hilir masih ada yang harus dibenahi dan intinya kembali untuk mempertanyakan apa fungsi guru dan pendidik untuk memberdayakan anak didiknya untuk menciptakan masa depan bukan hanya untuk dirinya namun juga bangsanya.

Sebenarnya seperti apa anak didik yang seharusnya dihasilkan yang bangsa ini inginkan? Apakah seorang yang efektif di lapangan pekerjaannya kelak, seorang penemu (innovator), pemikir kritis (critical thinker), berjasa dan mengabdi kepada masyarakat (stake holder) yang ikut membimbingnya, secara akademis kompeten di aneka tantangan bagaimanapun dunia akan mengarah , seorang komunikator yang efektif,  pembelajar sepanjang masa, dan seorang warga negara yang baik, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan punya nasionalisme tinggi?

Kalau outcome seperti diatas yang diinginkan lantas kompetensi macam apa yang harus disiapkan kepada anak didik seperti itu? Kompetensi untuk menjadi kreatif, inovator dan entrepreneur   kemudian  mampu berpikir kritis (tidak statis atau membeo atau membebek); mampu bekerja sama (collaborator), mampu berkomunikasi dengan baik; mempunyai karakter unggul; menjadi warganegara yang menghargai budaya dan peradabannya serta mampu beradaptasi dan berkutat secara fasih dengan teknologi komputer dan digital. Atau kompetensi yang bisa disingkat menjadi 3 R (Reading, wRiting dan aRitmetic) plus 4 C (Creativity,Critical thinking,Communication dan Collaboration) ?

Kalau memang produk hasil pendidikan yang diinginkan seperti itu kualitas guru seperti apa yang diharapkan selain kompetensi sesuai standar? Guru yang dipercaya keilmuannya (entrusted), bersahabat (friendly), bertanggung-jawab (responsible), peduli (caring), kreatif (creative), terampil (skillful),mampu menyatukan potensi informasi (collaborative), dinamis (dynamic), bangga (proud), berdedikasi (dedicated,) dihormati (respected), antusias (enthuastic), sukses (successful), bijaksana (wise),dan pada akhirnya mampu membentuk anak didiknya menciptakan masa depan.  

Selain itu guru yang ideal juga mampu membedakan dan memilah fungsi sebagai pengajar (teacher) dan pendidik (educator)  yang terlihat jelas dari tujuan mengajarnya. Mengajar mempunyai fungsi menerangkan dan menunjukkan suatu mata pelajaran hingga jelas, memberikan pengertian akan suatu fakta dan prinsip (rumus) yang murid harus terima (sesuatu yang ajeg), memberikan informasi tentang sesuatu aturan/instruksi, merangsang anak didik mempelajari dan mempraktekkannya secara mandiri dan mempengaruhi siswa untuk melakukan tindakan yang baik dengan cara yang persuasif. Lantas fungsi sebagai pendidik (educator) seperti apa?

Seorang pendidik adalah yang mampu memberikan pemahaman dan pencerahan tentang apa itu intelektualitas, moral dan instruksi sosial, disamping itu seorang pendidik adalah sosok penasehat yang berpengalaman dan bisa dipercaya. Penasehat yang juga mampu memberikan jalan keluar suatu masalah dengan cara yang inspiratif dan mencerahkan. Bukankah pendidikan yang baik sanggup membuat orang mudah untuk dipimpin namun sulit untuk dikendalikan namun tidak mungkin untuk menjadikannya menjadi orang yang terjajah?

Dengan keterangan diatas tidak cukup guru di abad konvergensi media hanya mengandalkan senjata informasi yang diketahuinya seperti konten, fakta, data,rumus, teori, penelitian, cerita dan informasi saja. Kalau hanya ini saja yang jadi modal, berarti fungsi guru di abad murid jaman now ketinggalan jaman (obsolete). Perhatikanlah murid/siswa jaman sekarang mampu menemukan informasi apapun, kapanpun dan dimanapun lewat gadget, blog dan media sosial yang mereka miliki. Artinya guru harus diakui bukan lagi sumber ilmu satu-satunya.

Kalau hanya data dan fakta saja yang dibahas oleh guru dan kurikulum berarti itu tidak sesuai jaman dimana siswa ingin lebih paham pada sesuatu yang memanfaatkan informasi dan data tersebut seperti memvalidasi informasi, membentuk informasi, mampu memberdayakan informasi dan mempengaruhi orang lain, mengkomunikasikan informasi, mengkoloborasikan (menyatukan aneka)  informasi untuk membuat suatu tujuan baru , memecahkan persoalan dengan informasi?

Tantangan keahlian yang dibutuhkan murid saat ini bukanlah menghafalkan rumus atau data-data yang dengan mudah mereka temukan tapi bagaimana menggunakan data-data untuk memecahkan masalahnya seperti bagaimana merawat atau memperbaiki mobil atau sepeda motornya ; route jalan lewat darat ke Jogjakarta atau Surabaya dari Jakarta yang cepat dan hemat ; kalau saya punya uang lebih baik menyewa atau membeli apartemen ; citra dan presentasi efektif macam apa sehingga konsumen tertarik membeli produk saya ; bagaimana memilih akomodasi dan penerbangan yang  murah, hemat dan menyenangkan ke negara jiran ; bagaimana saya menggunakan hak pilih dan tidak sia-sia memilih calon yang salah ; bagaimana menghindari berita hoax ; perangkat atau aplikasi apa yang paling pas dan cocok dengan proyek ini?

Ingat Taxonomi Bloom? Dari  urutan terbawah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, mengevaluasi hingga paling atas mencipta. Di jaman sekarang kata menciptakan (create) adalah melakukan blogging, podcasting, animating, planning, recording, designing  dan programming serta banyak keahlian lainnya.  Itu ciptaan yang eksis saat ini dan akan terus berkembang hingga masa depan, lantas bagaimana dengan pengajaran tentang pertanggung-jawaban (responsibility), dapat diandalkan (reability) dan kejujuran (integrity)?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun