Mohon tunggu...
I Nyoman Cahyadi Wijaya
I Nyoman Cahyadi Wijaya Mohon Tunggu... Konsultan - Forum Penulis dan Penerbit Indonesia

Penulis saat ini berprofesi sebagai dosen praktisi dan konsultan makanan dan minuman yang berfokus pada UMKM, Hotel, Villa, Restaurant dan Cafe. Topik-topik bahasan penulis pada platform ini seputar pariwisata, ulasan dan opini seputar film, gastronomi/kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Ubud Food Festival 2018: Ulasan, Opini, dan Kritik

24 Mei 2021   13:00 Diperbarui: 24 Mei 2021   13:09 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chef adian ishak/Dokpri

pernah denger Ubud food festival gak sih? Ubud food festival atau yang di singkat UFF yang rutin di adakan setiap tahun yang berlokasi di taman kuliner jalan raya sangginang ubud , nah pada 13 -15 april 2018 lalu,  pada saat itu kami di bagi menjadi 2 sesi untuk mengikuti cooking show , saya kebagian show nya chef andrian ishak yang bertema sonic seasoning , eitss udh pada tahu belum chef andrian ishak?

andrian ishak adalah owner dari pada restaurant namaaz dining. Singkatnya dalam demo cooking nya chef andrian menjelaskan efek suara yang dapat mengubah suatu rasa dan beberapa makanan yang tidak kita sangka-sangka itu tidak sesuai rasanya , yang mana inilah ciri khas dari pada gastronomi , mengubah bentuk asli suatu makanan menjadi lebih unik dan cenderung menipu indra penglihatan kita , contoh saja permen berbentuk strawberry namun memiliki rasa taro atau talas.nah pada UFF ini saya tidak hanya mengulas soal cooking demo saja tapi juga stand-stand yang ada di sana , terdapat banyak sekali stand nya dari makanan , peralatan memasak , bahan organik dan pada venue nya.

adapaun juga beberapa pengalaman yang enak dan tidak enak yang akan saya sharing , dimulai dari yang tidak enak aja kali yah? dimulai dari pada kita mendapat kesempatan untuk berkeliling dahulu di venue UFF di taman kuliner , dari awal masuk saja kita sudah tidak di sambut dengan baik , apakah ini perilaku rasis karena kita warga lokal jadi para staff menjadi acuh , contoh saja kami menanyakan ada dimana venue cooking demo di areal taman kuliner para staff hanya menunjukan dengan jari nya , tidak mengantarkan sebagaimana perlakuan yang mereka beri terhadap para bule yang bertanya hal yang sama namun perlakuan mereka berbeda , dari sini saja para staff sudah tidak profesional yang mana menerapkan double standart kepada pengunjung yang mana seharusnya di perlakukan dengan sama. Namun di sisilain kekesalan kami di dalam event ini mulai terkikis karena keindahan venue dari pada taman kuliner, karena kami bertujuan untuk mengulas event kami harus mencari tahu mewawancarai seorang staff , bertemu lah kami dengan staff yang khusus dari jakarta untuk menjadi volunteer .berbeda dengan staff di counter registrasi di depan staff ini sangat ramah dan baik , dia menjawab pertanyaan kami seputar event dari berapa budget stand , estimasi pengunjung dan gimana persiapan pra event ini .

sisi baik yang ingin saya ulas pada event uff ini ialah : kami dapat bertemu chef ragil , kalau tedengar asing mungkin akan familiar bila saya mention acara kuliner makan besar di trans 7 , chef ragil ini adalah speaker dari pada UFF 2018 yang juga speaker untuk event kami yang akan saya ulas di tulisan saya selanjutnya . selain chef ragil , saya bertemu chef jungle , seorang chef yang berasal dari papua yang membawa misi lokal ingridient dari papua juga dapat bersaing dengan imported ingridient .dari bincang-bincang saya dan teman dengan 2 chef ini dapat membuka wawasan saya bahwa menjadi chef yang mana cita-cita mahasiswa culinary seperti saya harus banyak melakukan pengorbanan , salah satunya adalah malam minggu .. hahaha karena if u dating a chef either its saturday or sunday we re still working and dating if our job are done , satu lagi kiat-kiatnya yakni menjadi chef haruslah terus belajar , tidak mengenal lelah apalagi sombong karena dunia culinary ini seperti fashion yang terus berubah-ubah setiap tahun dan ada trend-trend yang muncul seperti tehnik masak dan trend platting (presentasi makanan) atau jenis-jenis makanan yang baru .

Venue kuliner/ Dokpri
Venue kuliner/ Dokpri
adapun Pesan yang ini saya bagi untuk para pembaca blog saya , dari chef ragil yakni "indonesia memiliki banyak sekali makanan yang khas dan sulit di duplikasi namun dari hasil journey saya di wilayah pedalaman resep tersebut tidak diwariskan dengan baik dan bila lama kelamaan terus seperti ini resep ini akan PUNAH dan bila pemerintah tidak aware maka masakan indonesia hanya akan menjadi dongeng bagi future generation maka dari itu saya memiliki tekat membentuk perpustakaan yang mengakomodir seluruh resep dari indonesia yang tentu saja harus bekerja sama dengan kampus-kampus pariwisata di daerah dan bersinergi dengan pemerintah"

Bersama Chef Ragil Imam Wibowo, Owner Nusa Gastronomy/Dokpri
Bersama Chef Ragil Imam Wibowo, Owner Nusa Gastronomy/Dokpri

 disclaimer : event ini sudah sukses di laksanakan pada tahun 2018, yang mana 3 tahun yang lalu. Sudah barang pasti pihak penyelenggara sudah melakukan peningkatan dalam semua segi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun