Mohon tunggu...
I Nyoman Bramastra Yana
I Nyoman Bramastra Yana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Taruna PKTJ Tegal

Taruna PKTJ Tegal, Prodi TRO Kelas A. Semua butuh proses, jalani, nikmati, syukuri dan tetap semangat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Teknologi Menyebabkan Sifat Individualisme dalam Masyarakat

17 Oktober 2022   08:13 Diperbarui: 11 November 2022   11:16 2212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://joss.co.id/2022/06/pancasila-dan-media-sosial/

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membantu antara satu dan yang lainnya. Dalam ilmu sosiolog bahwa manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, manusia harus bisa saling berkomunikasi, berinteraksi dan saling membantu langsung antar sesama.

Namun jika kita melihat fakta yang ada di lapangan, kehidupan masyarakat saat ini, sepertinya istilah makhluk sosial yang berunsurkan interaksi dan komunikasi langsung mesti ditelaah dan dikaji ulang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi  telah merubah pola dan sistem kehidupan masyarakat modern. Teknologi yang mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan secara eksplisit memberi dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat manusia masa kini.

Munculnya media sosial dan alat - alat komunikasi serba efektif dan efisien merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan lahirnya manusia - manusia dengan ego yang tinggi dan individual. Melakukan kontak sosial secara langsung diasumsikan sebagai sesuatu yang ribet, sangat membuang waktu, tidak memberi keuntungan, bahkan dikatakan ketinggalan zaman oleh orang - orang.

Contoh kecil saja bisa kita dapatkan misal di sekolah, semuanya punya kesibukan diluar belajar, yakni sibuk untuk instragam dan membuka whatsapp. Di rumah semuanya sibuk dengan hp atau laptopnya, di bus atau kereta orang-orang sibuk juga dengan gawainya sendiri. Manusia sekarang cenderung tidak peka atau bahkan mengenal lagi dengan keadaan di sekitarnya.

Komunikasi dan interaksi sosial dalam sebuah keluarga ,di lingkungan baik di rumah maupun di sekolah terkesan lebih egois dan individualis. Di rumah si ibu sibuk facebook-an dengan teman-temannya, si ayah sibuk whatsapp-an dengan kolega-koleganya, si anak sibuk whatsapp dan game onlinenya, sehingga satu sama lain tidak ada komunikasi yang intens, tidak ada keterbukaan antara istri dan suami, ayah/ibu dan anak, di transportasi umum tidak ada yang memperhatikan orang disampingnya, mereka sibuk memainkan hpnya sambil tertawa lalu membalas pesan dari teman-temannya. Tidak peduli  apakah orang disampingnya cantik, tampan, jelek, teroris sekalipun, yang ada hanya mereka dengan media sosial dan teman di media sosialnya.

Individualisme ini akan menghambat proses menuju persatuan bangsa karena orang memikirkan individunya masing - masing. Kekhawatiran ini disampaikan Diaz Hendropriyono, Staf Khusus Presiden Jokowi dalam 'Obrol Orang Muda : Kebangsaan di Masa Milenial' di Gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Kamis (18/1). Perubahan budaya ke arah individualisme, ungkap Diaz, terjadi karena beberapa hal, seperti masuknya arus liberalisme, pertumbuhan ekonomi negara, perkembangan teknologi dan infomasi, dan faktor lainnya. Untuk menghadapi masalah kebangsaan ini, menurut Diaz, salah satu caranya dengan melakukan ritual kebangsaan. 

Contohnya, di Thailand setiap pagi dan sore selalu dikumandangkan lagu kebangsaan dan semua masyarakat menjiwai lagu kebangsaan tersebut. "Narasi agama sebagai pemersatu harus disebarkan, bukan malah dieksploitasi untuk mencapai tujuan politik tertentu," ujar Diaz. Pancasila, jelas Diaz, ada 5 sila yang kesemuanya satu kesatuan. Jangan hanya meresapi sila Ketuhanan yang Maha Esa, tapi ingat juga ada sila kemanusiaan yang adil dan beradab, keadilan sosial serta persatuan. "Pak Presiden sudah melakukan banyak hal untuk meningkatkan keadilan sosial, misalnya membuat BBM 1 harga di seluruh Indonesia, menerbitkan 5,2 juta sertifikat tanah milih rakyat untuk mendorong perekonomian, mengembangkan tol laut menjadi 15 trayek, dan membangun tol di seluruh nusantara, termasuk Trans Papua," tandasnya.

Selain hal - hal tersebut individualisme juga sangat berbahaya bagi persatuan dan kesatuan bangsa, karena semakin lama individualisme ini akan merongrong jati diri bangsa yang awalnya gotong royong sesuai asas Pancasila berubah menjadi individual. Hal ini harus kita tindak lanjuti dengan cara mengimplementasikan nilai - nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari, tidak hanya dari kalangan Pendidikan tetapi semua kalangan. Orang tua juga harus berperan aktif dalam mendidik atau mengarahkan anaknya untuk mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari - hari.

Ketika jiwa individualisme muncul gotong royong akan tersingkir. Akar yang mati akan menyebabkan seluruh tanaman tersebut mati, hal tersebut juga berlaku bagi gotong royong. Maka slogan "Pancasila harga mati!" Pancasila tidak boleh digantikan, apalagi dirubah Pancasila adalah dasar Negara yang bagus dan indah yang dibuat oleh para pendahulu kita sebagai pondasi berdirinya Negara Republik Indonesia. 

Bisa dibilang akarnya Indonesia adalah Pancasila, akarnya Pancasila adalah gotong royong. Jiwa individualisme yang tidak sesuai dengan Indonesia harus segera dihilangkan, dan gotong royong harus mulai dibudidayakan kembali. Hal ini mungkin terlihat sepele, tapi sebenarnya jika dibiarkan hal ini akan menjadi salah satu penyebab runtuhnya Pancasila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun