Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Raya Pagerwesi dan Butiran Makna Terkandung di Dalamnya

8 Juli 2020   00:24 Diperbarui: 8 Juli 2020   00:31 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seuntai canang wangi, berisi bunga dan dedaunan, dalam rangkaian buah dan kue serta aroma alam yang menggetarkan sukma, berpadu ritmis, sebagai tanda bentuk bakti. Semua itu dilandasi hati bersih, sujud kehadapan yang Maha Memberi. Tak ada yang kita miliki, semuanya adalah milik-Nya. Kita hanya memiliki hati hening (hridayam puspa) menghadap-Nya, dan rutin setiap periode waktu, bisa jam,hari, minggu, bulan dan tahun.Atau setiap tarikan nafas, keterjagaan tertuju pada-Nya. Itulah siklus penanda perayaan' bahwa manusia rindu kepada Tuhan, yang Maha kasih

Rabu ini, tanggal 8 Juli 2020, umat Hindu merayakan Hari Raya Pagerwesi. Hari raya yang didasarkan siklus 210 hari itu jatuh pada Rabu kliwon di wuku Sinta menurut penanggalan Bali-Jawa. Dasar pijakan perayaan ini tertulis rapi dalam manuskrip Bali kuno, Lontar Sundarigama.

Dalam lontar itu, Perayaan Pagerwesi, sejatinya adalah pemujaan pada Hyang Pramesti Guru.Tuhan dalam personifikasi-Nya sebagai guru sejati alam semesta. Dalam keyakinan Hindu ada 4 jenis guru, yang patut dihormati , yaitu pertama Guru Rupaka (ayah dan ibu), Guru Pengajian (Guru yang mengajar ilmu pengetehuan, bsa di sekolah/asrama) , Guru wisesa (Pemerintah), dan Guru Swadyaya, Tuhan, sebagai pencipta alam semesta beserta isinya. Semangat penghormatan itu, adalah atas karya para guru' yang selalu diyakini, sebagai guru adalah sosok yang dapat melihat dan melakukan kebenaran, sesuai dengan makna 'Guru: Gu-guna tita, dan ru- rupa warjita.

Lalu rasa hormat pada guru, dapat muncul bilamana ada kerendahan hati berpendar dalam diri seseorang. Dian menyala dalam hati itu, harus selalu dipagari dengan kuat dan penuh kesabaran. Atas dasar itu Umat Hindu di Bali, meyakini Hari raya Pagerwesi, saat yang tepat untuk 'merfleksikan diri'kita teguh memegang amanah untuk menghormati mereka yang teguh memengang kebenaran dan tanpa pamerih. 

Keteguhan itu, tersurat dan tersirat dalam "kata Pagerwesi' Yang isa diurai menjadi kata "pager" yang berarti pagar atau pelindung, dan "wesi yang berarti besi. Oleh karena itu, secara sederhana Pagerwesi, dapat diartikan adalah pagar besi, yakni memagari hati dengan pagar yang kokoh sehingga sulit ditembus oleh ' anasir jahat' yang mengotori hati.

Membersihkan hati murid adalah tugas guru. Maka kerja seorang guru tidak ubahnya seperti kerja seorang petani yang sentiasa membuang duri serta mencabut rumput yang tumbuh di celah-celah tanamannya.Oleh karena itu, yang mampu melakukan pembersihan itu hatinya harus bersih terlebih dahulu. Diterminal itu, maka kebahagiaan datang ketika pekerjaan dan kata-kata kita menjadi manfaat bagi diri kita dan orang lain.

Simbolisasi Pagerwesi itu bermakna bahwa pagari diri anda dengan tekad yang kuat, tentu dengan pikiran-pikiran positif. Pemikir positif itu melihat apa yang tak terlihat, merasa tidak berwujud, dan mencapai hal yang tidak mungkin. Berpikir positif akan membiarkan diri kita melakukan segalanya dengan lebih baik. Pikiran positif ibarat memagari rumah anda dengan pagar yang kokoh, atau kasihlah jendela rumah anda dengan terali besi agar maling tidak mudah masuk. Besi lambang kekuatan. Itulah makna yang bisa dimuat dalam perayaan hari pagerwesi yang selama ini, secara rutin diperingati oleh umat Hindu di Bali

Hari raya Pagerwesi juga dapat dimaknai sebagai suatu pegangan hidup yang kuat bagaikan suatu pagar dari besi yang menjaga agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah digunakan dalam fungsi kesucian, dapat dipelihara, dan dijaga agar selalu menjadi pedoman bagi kehidupan umat manusia selamanya.

ASPEK RENUNGAN HARI PAGERWESI

Pagerwesi memiliki makna suatu sikap keteguhan dari bakti untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, sebab tanpa ilmu pengetahuan kehidupan manusia akan mengalami kegelapan (Awidya).

Tekad bulat selalu kokoh menerima cobaan api semangat sebagai suluh dilorong gelap yang yang terus tak menentu. Dan, renungan Pagerwesi perlu dibangkinkan, sebagai motivasi harus tetap sabar dan padu menghadapi berbagai cobaan yang dihadapi bangsa kita saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun