Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sri Rama: Kau Tidak Akan Pernah Melihat Indahnya Pelangi, Jika Kau Menunduk

27 Maret 2020   12:07 Diperbarui: 27 Maret 2020   12:35 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sinar matahari itu kelihatan putih,NAMUN sesungguhnya dia adalah gelombang elektromagnetik, yang terdiri dari gabungan beragam warna, tampak bila terbiaskan oleh titik air hujan , terbentuklah pelangi yang sangat indah.

Pelangi adalah salah satu contoh bentuk akan indahnya perbedaan, lalu itu membuat para pecinta pesona keindahan menggambarkannya dengan baragam narasi yang memukau jiwa. Pelangi yang muncul setelah hujan adalah janji alam semesta bahwa masa-masa buruk telah berlalu dan masa depan akan bertambah indah, dengan kesejukan dan limpahan air yang membuat kesegaran bumi pertiwi.

Sri Rama sangat menyadari semua itu , dia memberikan petuah pada Laksamana melihat kesaktian para penghuni Alengka. Adikku, engkau adalah orang yang dekat dengan ku, manakala engkau layu, maka kita telah kalah, maka, pandanglah kedepan, sebab engkau tak akan pernah menemukan pelangi jika kau menunduk.

Laksamana berkata, Aku kesulitan menyatukan beragam karakter di pihak kita, aku membutuhkan nasihatmu, kakak!

Sri Rama tersenyum, "Laksamana kamu harus membangun sifat toleransi yang merupakan sebuah karakter penting dalam membangun persatuan dan semangat patriotisme kita. Dan, itu sangat kita butuhkan saat ini.

Apa itu toleransi kakak? Potong Laksamana. Sri Rama berkata, " Toleransi itu adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirimu. Jika engkau paham, maka toleransi terbaik adalah bagiku agamaku, bagimu agamamu. Menjunjung toleransi dalam keberagaman adalah kekuatan kita untuk menciptakan persatuan. Kenyataan yang menyedihkan adalah ketika kita mau menjaga toleransi, kita harus mentolerir orang-orang intoleran.

Oleh sebab itu, penting engkau lakukan! Kata Rama, sebab pasukan kita dari beragam jenis ada bangsa manusia, monyet , yaksa dan gandarwa , serta mereka berasal dari beraneka tempat, ada dari kota, desa dan bahkan ada juga dari hutan.

Perlu engkau ketahui adikku, bahwa, toleransi itu adalah titik dasarnya adalah menghindari rasa iri hati. Mengapa demikian kakak? Tanya Lasksamana. Rama berkata..... Bagi mereka yang ingin memperoleh kebahagiaan abadi, hendaknya jangan sekali-kali berkeinginan untuk memiliki sesuatu yang bukan merupakan haknya, jangan sekali-kali berperasaan iri hati kepada orang yang beruntung.

Rama menambahkan, "Jangan merindukan sesuatu yang tidak mungkin, jangan menginginkan sesuatu yang mustahil, dan janganlah memikirkan cara-cara jahat guna memenuhi hasrat keinginanmu. Janganlah dengki dan irihati pada orang yang sukses, berbelaskasihlah kepada segala mahluk.

Cara yang bisa dilakukan bagaimana kak? Tanya Laksamana kembali. Rama tersenyum dan berkata, "caranya sederhana, adikku, kekanglah dengan kuat indra-indra dan pikiranmu, janganlah dibiarkan melakukan tindakan yang terlarang dan melanggar hakikat kebajikan, janganlah dibiarkan melakukan tindakan tercela yang pada akhirnya akan menimbulkan hal-hal yang tidak menyenangkan, padamu.

Engkau harus paham adikku, Sesungguhnya orang yang sengsara adalah mereka yang tidak suka melihat harta kekayaan orang, tidak suka melihat kerupawanan orang, tidak suka melihat status sosial orang, tidak suka melihat kesenangan orang, dan tidak suka melihat keberuntungan orang; bagi mereka yang senatiasa diliputi kedengkian dan irihati, hidupnya akan selalu dilekati oleh duka nestapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun