Apakah Anda senang mengkonsumsi jus anggur, buah anggur atau wine? Jika jawabannya ya, maka tindakan itu sangat bermanfaat bagi kesehatan anda, sebab dalam jus, anggur dan wine diyakini mengandung senyawa resveratrol, salah satu senyawa polifenol yang dimanfaatkan dalam bidang kesehatan.
Resveratrol digolongkan sebagai senyawa fitoaleksin, yaitu senyawa yang dihasilkan tanaman sebagai respon terhadap masuknya mikroba patogen. Artinya resveratrol digunakan sebagai benteng perlawanan terhadap musuh yang masuk kedalam tubuh tanaman tersebut
Resveratrol adalah senyawa bioaktif, dan pencarian senyawa bioaktif tersebut, ingin menjawab, mengapa orang-orang yang mengkonsumsi anggur merah di Perancis memiliki resiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, sangat rendah? Liu et al, (2015) mengungkapkan bahwa resveratrol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah"
Hasil penelitian itu menjadi khabar baik, bagi anda yang suka minum jus anggur atau wine karena karena peran senyawa resveratrol itu.
Kandungan resveratrol pada anggur rata-rata kulit buah segar per porsi hidangan mengandung sekitar 5---10 mg resveratrol, sedangkan red wine mengandung 1,5---3 mg resveratrol per liter.
Dilihat dari sejarah penemuannya, resveratrol ditemukan pertama kali pada tahun 1940, diisolasi dari akar tanaman ''Veratrum grandiflorum''. Selain tanaman tersebut, resveratrol juga banyak ditemukan pada Polygonum cuspidatum, kacang, ekaliptus, lili, stroberi, anggur dan produk olahannya, seperti wine.
Selain bermanfaat menekan penyakit kardiovaskular, beberapa peneliti menemukan bahwa resveratrol dapat mencegah kanker, mencegah berbagai penyakit yang berkaitan dengan umur, seperti diabetes, inflamasi, penyakit neurodegeneratif.
Dalam dosis yang rendah, resveratrol dapat meningkatkan kelangsungan hidup sel, sedangkan dalam dosis yang tinggi, resveratrol akan meningkatkan kematian sel.
Oleh karena itu, penggunaan resveratrol dalam jumlah tinggi umumnya digunakan untuk pengobatan atau perawatan kanker. Namun, konsumsi resveratrol juga diteliti dapat menimbulkan beberapa efek samping, seperti mencegah penyerapan logam dalam tubuh, menurunkan hemoglobin, dan lain-lain.
Penelitian Goh, K.P. (2014) menemukan bahwa reveratrol dapat berpengaruh pada ekspresi insulin dalam mengubah gula otot menjadi gula darah.
Senyawa resveratrol berdampak baik kinerja insulin dan sel pankreas sehingga dapat mencegah komplikasi. Selain itu, resveratrol meningkatkan parameter biokimia dan klinis pada hewan model diabetes millitus tipe 1 (T1DM1 dan T2DM), baik DM dengan katagori nefropati diabetik; neuropati diabetik: retinopati diabetik, hipertensi yang diinduksi diabetes, kardiovaskular yang diinduksi diabetes penyakit, cedera hati yang diinduksi karena diabetes maupun disfungsi serebrovaskular. Dalam penelitian tersebut diketahui mekanisme pengendalian resveratrol terhadap diabetes millitus.
Mekanismenya dapat dijelaskan sebagai berikut pertama adalah aktivasi AMP-activated protein kinase-manusia sirtuin 1 (AMPK-SIRT1), yaitu pada jalur biogenesis pada mitokondria dan oksidasi asam lemak. Artinya oksidasi asam lemak menyebabkan lemak dalam tubuh yang menumpuk dapat didegradsi sehingga menghasilkan komponen lebih sederhana (asetil-koA), selanjutnya, SIRT1 yang teraktivasi dapat mempromosikan translokasi glukosa transporter-4 (GLUT4) ke dalam membran sel untuk memfasilitasi penyerapan glukosa, sehingga kadar glukosa dalam darah bisa sehimbang. Lalu, pengikatan resveratrol ke reseptor estrogen dapat meningkatkan translokasi GLUT4.
Selain itu, dapat dijelaskan baik aktivasi reseptor SIRT1 dan estrogen oleh resveratrol dapat meningkatkan aktivitas oksida nitrat (eNOS) untuk meningkatkan aliran darah di otot rangka, sehingga lebih meningkatkan pengiriman glukosa, penyerapan dan pemanfaatan substrat untuk produksi energi dan mengurangi sirkulasi glukosa darah dan meningkatkan aktivitas insulin.
Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa resveratrol mengaktifkan jalur Sirtuin 1 (SIRT1). SIRT1, dan deacetylase independen-NAD, telah digambarkan sebagai pengatur penting dari banyak faktor yang mempengaruhi T2DM.
Aktivitas dan ekspresi SIRT1 menurun secara signifikan. Efek menguntungkan dari resveratrol pada regulasi glukosa homeostasis diperlihatkan diperantarai melalui aktivasi AMPK (Adenosine Monophosphate Activated Kinase).
AMPK mengatur beberapa proses intraseluler yang signifikan seperti metabolisme energi, fungsi mitokondria, dan homeostasis seluler.
Kondisi hiperglikemik, disregulasi aktivitas AMPK berkorelasi dengan resistensi insulin dan kerusakan jaringan terkait hiperglikemia, mendukung peran kunci AMPK di T2DM.
Lebih lanjut bahwa resveratrol telah mengaktifkan pada peningkatan aktivitas fosforilasi mendorong sekresi insulin karena dapat meningkatan reseptor fosforilasi insulin fosforilasi fosfor Resveratrol memperbaiki lemak dan metabolisme glukosa di T2DM dengan menurunkan regulasi pengubahan proprotein subtilisin. Juga tampak bahwa proses inhibisi sphingosine merupakan pensinyalan kinase 1 (SphK1-S1P) merupakan mekanisme baru mendasari efek nefropati antidiabetic dari resveratrol.
Senyawa resveratrol secara klinis seperti yang yang dilaporkan oleh Rachel H. X. Wong, 2018 menyebutkan bahwa data pra-klinis dan uji coba pada manusia menunjukkan bahwa suplementasi resveratrol dapat membantu untuk melawan diabetes (penyakit gula) pada manusia.
Beberapa hewan percobaan juga telah menunjukkan hal yang sama. Beberapa mekanisme tindakan telah diusulkan untuk menjelaskan manfaat metaboliknya, termasuk aktivasi sirtuins dan reseptor estrogen (ER) untuk mempromosikan translokasi glukosa transporter-4 (GLUT4) dan meningkatkan ambilan glukosa. Sirtuin merupakan gen yang berfungsi untuk mengatur pembentukan otot dan penumpukan lemak, serta dapat memperlambat penuaan.
Selain itu, resveratrol juga dapat meningkatkan fungsi vasodilator. Vasodilator adalah golongan obat yang digunakan untuk melebarkan pembuluh darah agar aliran darah dapat mengalir dengan lebih lancar, sehingga tidak membebani jantung dalam memompa darah. Namun perhatian para peneliti nutrisi, lebih mengutamakan bahwa resveratrol dapat membantu mengurangi resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe-2 (T2DM) .
Lalu juga telah ditemukan bahwa resveratrol dapat meningkatkan perfusi darah otot skeletal, sehingga memfasilitasi pengiriman glukosa, kondisi ini dapat terjadi sensitivitas insulin meningkat. Dengan demikian, perbaikan sirkulasi oleh nutrisi vasoaktif seperti resveratrol dapat memainkan peran dalam mencegah atau mengurangi resistensi insulin.
Resistensi insulin, kelainan utama dan faktor risiko untuk T2DM, ditandai dengan berkurangnya penyerapan glukosa insulin-termediasi di otot rangka, hati dan jaringan adiposa pada orang dengan toleransi glukosa normal.
Pada individu yang sehat, peningkatan glukosa postprandial memicu sekresi insulin pankreas yang mengaktifkan transporter glukosa tipe-4 (GLUT4) transporter (sangat diekspresikan dalam otot) untuk memfasilitasi pengambilan glukosa ke dalam sel otot, hati dan adiposit untuk penyimpanan energi, sementara menghambat laju kerusakan glikogen di hati Selain itu, insulin dapat mempengaruhi tingkat ambilan glukosa di otot skelet dan jaringan adiposa dengan bertindak pada endotelium untuk merekrut kapiler yang tidak perfusi dan meningkatkan aliran darah.
Dalam satu sampai tiga jam, kadar glukosa darah mulai menurun dan sel-sel mengurangi sekresi insulin. Karena otot rangka adalah tempat utama untuk ambilan glukosa dan penyimpanan, efek vasodilator insulin pada otot skeletal sangat penting dalam ulasan ini.
Resistensi insulin, yang diprakarsai oleh penuaan, asupan lemak atau glukosa yang berlebihan, atau adiposit, dapat secara bersamaan mengganggu fungsi endotel, yang dapat menyebabkan kerusakan vasodilatasi bergantung-endotelium, mengurangi perfusi jaringan dan, oleh karena itu, penurunan pembuangan glukosa, memicu siklus yang menjurus pada hiperinsulinemia dan hiperglikemia.oleh karena itu resistensi insulin perlu dicermati lebih jauh.
Pengendalian dan pencegahan resistensi insulin dengan senyawa bioaktif alam memang terus dilakukan seperti menggunakan resveratrol lewat mengkonsumsi anggur atau wine. Sementara resistensi insulin merupakan faktor risiko untuk mengurangi resiko T2DM, karena tidak ada intervensi farmasi khusus untuk melawan resistensi insulin, dan hanya diet umum dan rekomendasi aktivitas fisik, yang kepatuhannya buruk dan hasil individu sangat bervariasi.
