Semua manusia memiliki potensi kemampuan intuisi. Intuisi bisa dilatih dengan memperkaya kata-kata melalui semangat literasi, dan senang mendengarkan nasihat seorang yang bijak. Dengan referensi-referensi yang didapatkan, yang mana kecerdasan otak kanan (tepatnya di Neocortex Kanan) dapat mengaktifkan kemampuan kreatifitas dan hal-hal bersifat inovasi. Bahkan apabila sudah maju secara spiritual, intuisi ini bisa memberikan rambu-rambu ke-awas-an bagaikan firasat yang menyelamatkannya dari marabahaya bersifat urgent, karena seluruh esensi kata per kata dari referensi semangat literasi dan nasihat bijaksana yang selalu diingat menjadi Guidance dalam menghadapi realita hidup.
Halo sahabat Kompasianer dan Reader~ Kali ini saya mau membahas aktivasi kecerdasan Intuisi yaa. Saya akan membagi beberapa part dalam tulisan ini, sehingga artikel ini menjadi lebih panjang dan banyak halamannya, sebagai berikut:
- Definisi, Peta Kecerdasan STIFIn, Pengaruh Golongan Darah (Genotif) dan Lingkungan (Fenotif) terhadap Dominasi Kecerdasan
- Kisah Baginda Rasul Muhammad S.A.W
- Kisah Albert Einstein
- Perbedaan Intuisi dan Insting
- Kelemahan Seorang Berkecerdasan Intuisi
Definisi, Peta Kecerdasan STIFIn, Pengaruh Golongan Darah (Genotif) dan Lingkungan (Fenotif) terhadap Dominasi Kecerdasan
Intuisi... apa itu intuisi? Definisi intuisi menurut Mbah Google di Wikipedia adalah Kemampuan memahami sesuatu tanpa rasionalitas dan tanpa intelektualitas.
Nah kalau intuisi seorang sudah maju, maka ia bisa menjadi rambu-rambu manusia bagaikan firasat yang selalu menuntunnya kepada keselamatan.
Apa itu firasat? Kembali ke kamus Mbah Google di Wikipedia adalah kemampuan untuk dapat merasakan apa yang dapat terjadi di dalam kehidupannya.
Gimana-gimana? Itu secara definisi umumnya loh. Saya dari masa SMA senang membaca kepribadian kecerdasan berdasarkan golongan darah. Dan saya menemukan hal unik dengan seorang bergolongan darah yang memiliki Genotip B, baik itu seorang dengan golongan darah B dan AB. Biasanya beliau yang saya amati tidak lepas dari medsos. Karena hakikatnya beliau adalah pecinta kata-kata dan penikmat aksara. Nah seorang yang senang dan menikmati kata-kata, mau tulisannya pendek atau panjang sekalipun adalah ciri dengan seorang berkecerdasan Intuiting, yang mana Otak Kanan beliau tepatnya di Neocortex kanan cenderung mendominasi dibanding bagian otak lainnya.
Apa saja bagian otak itu? Dan adakah teori yang menunjang akan keilmuan ini? Mari kita lihat tabel di bawah ya!
Teori Triune Brain dari Paul MacLean menjelaskan ada 3 jenis otak yang dimiliki manusia yaitu Otak Reptilian (Batang Otak/Mid-Brain), Otak Mamalia (Limbik), dan Otak Insani (Neo-Cortex). Tabel diatas menjelaskan korelasi teori-teori yang sudah ada, dan Konsep STIFIn yang diinisiasi Yth. Bapak Farid Poniman berserta Team Pegiat STIFIn, merangkainya seperti diatas.
Oleh Karena itu manusia diciptakan Tuhan dengan sangat sempurna melalui pelbagai potensi komplit yang dimilikinya, walaupun masih bersifat terdapat keterbatasan. Sebagaimana tertera dalam Al-Quran Surah At-Tin ayat 4.
Kemudian ada korelasi Golongan darah dengan Potensi Otak. Golongan darah seorang dapat membuat seorang memiliki kecenderungan untuk memilih 4 dari kecerdasan yang ada di otak mamalia dan otak insani jika ditelisik dengan konsep Mesin Kecerdasan STIFIn. Paparannya sebagai berikut:
- Seorang bergolongan darah AB menstimulasi otak agar dirinya menjadi seorang berkecerdasan Sensing (S).
- Seorang bergolongan darah A menstimulasi otak agar dirinya menjadi seorang berkecerdasan Thinking (T).
- Seorang bergolongan darah B menstimulasi otak agar dirinya menjadi seorang berkecerdasan Intuiting (I).
- Seorang bergolongan darah O menstimulasi otak agar dirinya menjadi seorang berkecerdasan Feeling (F).
Sementara Kecerdasan Instinct (In) mutlak dimiliki manusia melalui reptilian Brain yang dimiliki seluruh manusia.
Untuk penjelasan mendalamnya bisa di klik link dibawah ya.
Mari kita baca: Menelusuri Kecerdasan Dominan dari Golongan Darah dan Konsep STIFIn
Lantas bagaimana jika saya ini bergolongan darah A, namun kok cenderung dominan kecerdasan Intuisinya? Berarti itu dikarenakan faktor lingkungan yang menggembleng dominasi kecerdasan Intuiting sahabat, ini disebut faktor Fenotif. Sahabat mungkin senang bergaul di lingkungan yang gemar membaca.
Ada konsep Pola hubungan Kecerdasan dalam Konsep STIFIn yaitu berikut gambarnya:
Nah itu ulasan singkat dari Definisi, Peta Kecerdasan STIFIn, Pengaruh Golongan Darah (Genotif) dan Lingkungan (Fenotif) terhadap Dominasi Kecerdasan. Baik kita lanjutkan kepada Kisah Baginda Rasul Muhammad S.A.W yang ada korelasi dan relevansinya dengan kecerdasan Intuisi.
Kisah Baginda Rasul Muhammad S.A.W
Firman Pertama dari Allah S.W.T yang disampaikan malaikat Jibril kepada Baginda Rasul Muhammad S.A.W yaitu "Iqro!", yang berarti "Bacalah!"
Firman ini sangat mendalam maknanya dimana manusia dituntut untuk belajar dengan cara membaca. Dengan membaca kita mengenal makna dari kata-kata. Dan dengan kekayaan kata-kata bermakna yang kita miliki, disanalah kecerdasan Intuisi lahir.
Dimasa Baginda Rasul mengalami peristiwa Isra Miraj. Sahabat yang pertama kali menerima kebenaran yang dialami oleh Baginda Rasul adalah Abu Bakar As-Shiddiq. Kita tentu mengenal kelembutan hati seorang Abu Bakar. Beliau diberikan gelar As-Shiddiq dari Baginda Rasul karena keteguhannya sebagai mukmin sejati.
Ini menandakan Baginda Rasul adalah seorang Intuitif yang didukung perjuangannya oleh Abu Bakar As-Shiddiq yang merupakan seorang dengan kecerdasan Feeling. Dan yang meragukan kenabian Muhammad S.A.W. adalah orang-orang yang sudah tertutup hatinya dan selalu mengedepankan rasionalitas berdasar perspektif mereka sendiri, tanpa mau mengetahui kebenarannya.
Al-Quran adalah Mukzijat Baginda Rasul Muhammad S.A.W. Mukjizat tertinggi beliau adalah Kekuatan Kata-Kata yang bersumber dari Firman Allah.
Dimana dengan kekuatan Kata-kata dapat mengubah nasib seorang. Oleh karenanya Allah menurunkan kewajiban shalat 5 Waktu, doa-doa yang dibacakan juga bersumber dari Al-Quran itu sendiri. Semakin rajin, konsisten dan teguh dalam melaksanakan ibadah Shalat, niscaya nasib seorang akan berubah menjadi kemujuran dan kesuksesan yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan seorang hamba Allah. Maka dari itu sebenarnya Shalat adalah Ilmu tingkat tinggi dalam merangkai kata-kata mulia. Inilah sumber daya utama yang wajib dimiliki seorang dengan dominasi kecerdasan intuisi.
Baginda Rasul dikenal selalu rajin melaksanakan Ibadah Shalat Sunah sekalipun, karena beliau mengetahui keutamaan dari Shalat bahkan shalat sunah yang mencerdaskan intuisi, tetapi yang mesti diingat, niat Shalat selalu diawali niat karena Allah. Ini akan menjadi bekal mempertajam kemampuan intuisi seorang hamba Allah, agar ia memiliki petunjuk guna menggapai keselamatan dari Allah S.W.T.
Baginda Rasul adalah seorang yang berintuisi tinggi. Banyak peristiwa kematian baik sahabat Rasul maupun yang memusuhi Islam yang diprediksi oleh beliau sangat akurat. Seperti kisah Abu Dzar yang keadaan wafatnya sudah diketahui oleh baginda Rasul.
Sahabat Rasul seraya berkata, "Benarlah prediksi Rasulullah! Anda berjalan sebatang kara, mati sebatang kara, dan dibangkitkan sebatang kara!'' Demikianlah akhir hayat seorang Abu Dzar, sahabat Nabi yang terkenang selalu hidup dalam kesederhanaan.
Dengan demikian esensi ajaran Islam adalah Guidance (Petunjuk). Seorang yang mengasah ketajaman intuisinya dengan gemar membaca Al-Quran, tidak pernah meninggalkan shalat wajib, dan menjaga kata-kata lisan dan tulisan, tentu akan meraih Supreme Ability yakni Guidance. Bukankah kita seorang muslim sering berdoa "Yaa Allah, hamba memohon petunjuk-Mu."
Yang mana Guidance ini lebih tinggi derajatnya dari kemampuan firasat yang dimiliki manusia. Karena kemampuan Guidance berasal dari Tuhan Yang Maha Esa untuk hamba-Nya terkasih.
Kisah Albert Einstein
Albert Einstein dalam kiprahnya dalam kemajuan ilmu, dikenang dengan kecerdasan intuisi yang tinggi. Ini dikarenakan semangat literasi beliau yang amat tinggi. Budaya membaca memang sudah mendarah daging bagi peradaban bangsa barat.
Terawangan Albert Einstein tentang masa depan yang paling terkenal yaitu: "Aku tidak tahu senjata apa yang akan digunakan dalam Perang Dunia III, tetapi Perang Dunia IV akan menggunakan tongkat dan batu."
Terawangan yang dimiliki Albert Einstein ditunjang dari referensi-referensi bacaan-bacaan yang membuatnya semakin cerdas berintuisi. Karena memang dengan kemampuan intuisi yang sudah maju seorang dapat memprediksi masa depan secara akurat.
Kita tunggu saja apakah yang disampaikan seorang Einstein itu kebenaran atau bukan?
Perbedaan Intuisi dan Insting
Intuisi dan Insting sejatinya berbeda, namun fungsi akhirnya apabila seorang sudah mencapai puncak dalam kecerdasannya, maka ia dapat menerawang masa depan hingga alam yang kekal.
Intuisi adalah Indera Ke-6, jika maju ia akan menjadi firasat yang membantunya untuk merasakan apa yang bakal terjadi pada kehidupannya. Jika sangat maju ia akan menjadi Guidance yang merupakan berkah anugrah dari Sang Pencipta kepada hamba-Nya yang terpilih untuk menyelamatkan kehidupan orang banyak.
Insting adalah Indera Ke-7, banyak orang menyebutnya The Third Eye, jika maju maka ia akan dapat melihat dan merasakan apa yang terjadi di masa depan dan merasakan sensasi pengalaman spiritual yang begitu realistis dirasakan oleh Jiwa. Jika sangat maju ia akan menjadi Provision (Ketetapan) yang membuatnya menjadi seorang yang visioner melihat apa yang akan terjadi di masa depan melalui Third-Eye-nya yang sarat urgent dan menyangkut keselamatan banyak orang.
Intuisi dapat diasah dengan memperkaya semangat literasi, rajin mendengarkan siraman ruhani, mendapati nasihat orang bijak. Untuk menjadi referensi utama agar semakin awas dalam berkehidupan baik sosial maupun alam. Kemampuan awas ini dinamakan firasat. Jika sudah tajam firasatnya maka menjadi Guidance yang sarat kebenaran.
Insting dapat diasah dengan mengucap nama suci Wakil Tuhan yang hadir di muka bumi secara lisan hati dan ucap, pikiran fokus membayangkan perjuangan seorang Wakil Tuhan tersebut secara konsisten, teratur dan dispilin tak pernah ditinggalkan. Ada bahasan lengkapnya di tulisan link berikut, Ilmu Tingkat Tinggi: Aktivasi Kecerdasan Insting.
Kelemahan Seorang Berkecerdasan Intuisi
Sangat berbahaya bagi seorang dengan dominasi kecerdasan Intuisi membaca referensi literasi yang keliru bahkan menyesatkan, bahkan juga karena sering mendengarkan ceramah yang mengatasnamakan keagamaan namun sarat kebencian juga penuh kekeliruan. Karena ini akan menimbulkan Prasangka Negatif yang disebabkan referensi dari kata-kata yang tersimpan dari memori otak. Akibatnya Suudzon sering kali menghantui kepribadian seorang tersebut, dan menjebaknya dalam pelbagai permasalahan hidup.
Oleh karenanya, carilah bacaan-bacaan yang berkualitas. Dan selektif-lah dalam mencari bacaan juga memilih siraman ruhani yang menyejukan jiwa, dan yang paling penting adalah pergaulan yang mencerdaskan, bukan malah menjebaknya dalam pelbagai permasalahan.
Sekian bahasan Aktivasi Kecerdasan Intuisi. Maka untuk mengaktifkannya, yaitu dengan memperkaya bacaan yang penuh kebermanfaatan, membaca Kitab Suci yang di-Firmankan Tuhan, mendengarkan siraman ruhani yang menyejukkan, dan menghindari informasi, bacaan, dan tontonan bersifat hoax atau menyesatkan.
Semoga bermanfaat!
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 16 Agustus 2022.
Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
For our spirit... Never die!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI