Mohon tunggu...
Intan Mieftahul Jannah
Intan Mieftahul Jannah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Baeq Hati and Tidaq Sombink

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nuansa Ritual Tahun Baru Islam 1443 H di Pati

9 Agustus 2021   21:29 Diperbarui: 9 Agustus 2021   22:02 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bubur Suro, merupakan makanan yang dapat kita temui pada saat Tahun Baru Islam tepatnya pada tanggal 1 Muharrom. 

Tanggal 1 Muharrom merupakan momentum penting bagi masyarakat Muslim. Tanggal ini bukan hanya menandai tahun baru Islam dalam sistem penanggalan Hijriah, melainkan banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terus diperingati setiap tahunnya. 

Sebagian orang menghubungkan peringatan muharrom dengan tragedi Karbala yang menyebabkan terbunuhnya Husein bin Ali, Cucu baginda Muhammad SAW. Tragedy kelam dalam sejarah politik umat Islam ini meninggalkan duka yang mendalam.

Sementara pada masyarakat Jawa , Bulan Muharrom disebut sebagai Sasi Suro. Kata Suro berasal dari tanggal 10 (Asyu'aro). Bagi sebagian masyarakat Jawa, bulan ini dianggap sebagai bulan Keramat. 

Sehingga mitosnya ketika Bulan Suro Pamalik jika mengadakan acara pernikahan (mantu). Bahkan terkadang dilarang untuk keluar rumah,  pindah rumah, karena banyak makhluk halus bergentayangan, bahkan tidak jarang bagi orang yang memiliki benda pusaka seperti keris dan sebagainya akan memandikan benda pusaka tersebut dengan bunga.

Namun beberapa daerah di wilayah Pati ada yang melanggengkan tradisi suronan dengan ritual yang berbau islam. Seperti di daerah Bendokaton menyambut suronan dengan Istighosah dan doa bersama. 

Di daerah Ngagel menyambut suronan dengan acara khataman di makam desa tersebut. Didaerah Kedungsari menyambut suronan dengan do'a bersama di Musholla. 

Didaerah Bulumanis menyambut suronan dengan doa bersama dan menyantap bubur suro. Dan didaerah Kayen menyambut suronan dengan tradisi Barikan yakni menyembelih kambing di pertigaan desa serta mengadakan do'a bersama.

Tentunya dari semua tradisi yang dilanggengkan oleh masyarakat Pati merupakan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Memohon ampun agar terhindar dari bala' atau musibah. Semoga kita termasuk golongan orang yang mendapat rahmatNya. Aamiin...

*Sumber Rujukan

Suprapto. 2020. Dialektika Islam dan Budaya Nusantara. Jakarta: Kencana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun