Mohon tunggu...
Intaneka Warista
Intaneka Warista Mohon Tunggu... ingin menjadi bagian dari hukum

saya mempunyai hobi ingin memcapai cita cita saya menjadi bagian dari penegak huku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hati yang tertutup

25 September 2025   08:57 Diperbarui: 23 September 2025   08:58 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil yang damai, hiduplah seorang pemuda bernama Dani. Dari luar, ia tampak sebagai sosok yang saleh dan rajin. Setiap ada kegiatan di masjid, Dani selalu hadir di barisan depan. Suaranya lantang ketika mengajak orang lain berbuat baik. la tersenyum ramah kepada siapa saja, sehingga banyak warga yang percaya bahwa ia adalah teladan bagi generasi muda.
 Namun, di balik senyum dan sikap manisnya, tersimpan hati yang keras dan penuh kepalsuan. Dani kerap berdusta. la sering berjanji menolong teman, tetapi selalu mengingkari. Pernah ia diberi amanah mengelola dana pemuda untuk membeli perlengkapan masjid. Alih-alih dipakai sesuai kebutuhan, sebagian uang itu ia gunakan untuk kesenangan pribadi. Di depan jamaah, ia terlihat khusyuk, namun di belakang ia mengeluh, meremehkan, bahkan menjelek-jelekkan orang lain.
 Suatu malam, ustaz desa memberikan ceramah di masjid. Dengan suara tegas beliau berkata, "Wahai jamaah, Rasulullah saw. bersabda, tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat. Mereka ini keras hati, sulit menerima kebenaran walau sudah Beberapa orang terdiam, merenungi diri. Namun, Dani hanya tersenyum seolah-olah nasihat itu tidak mengenai dirinya. "Aku sudah cukup baik, aku sudah sering ikut kegiatan masjid. Itu bukan aku," batinnya. Begitulah kerasnya hati Dani-tertutup rapat dari cahaya kebenaran.
 Hari-hari berjalan, dan perlahan kebohongan Dani mulai terungkap. Salah seorang pemuda menemukan bahwa laporan keuangan yang ia buat tidak sesuai dengan kenyataan. Beberapa warga lain mulai curiga karena Dani sering beralasan ketika ditagih hutang. Lama-kelamaan, masyarakat kehilangan kepercayaan padanya. la tidak lagi dipilih menjadi pengurus acara, bahkan anak-anak kecil pun mengejeknya karena sering berjanji tapi tak pernah menepati.
 Awalnya, Dani tetap bersikap seakan tidak peduli. la menutupi rasa bersalah dengan berpura-pura sibuk. Namun semakin hari, semakin terasa sepi. Teman-temannya menjauh, warga enggan berbicara dengannya. Topeng yang ia kenakan perlahan runtuh, menyisakan kesepian yang dalam.Suatu sore, ketika warga sibuk mempersiapkan acara Maulid Nabi di masjid, Dani duduk sendirian di beranda rumah. Dari kejauhan, terdengar lantunan shalawat yang indah. Hatinya bergetar. Tiba-tiba, kata-kata ustaz yang dulu ia abaikan kembali terngiang: "Hati yang keras adalah hati yang menolak kebenaran, meski ia tahu kebenaran itu ada di hadapannya.
 Air mata menetes di pipinya. Untuk pertama kali, Dani merasa benar-benar hancur. la sadar bahwa selama ini hanya ingin dipuji manusia, padahal Allah selalu melihat isi hati. la mulai menyesali semua dusta, janji palsu, dan amanah yang ia khianati.
 Dengan langkah gontai, Dani memberanikan diri menuju masjid. Jamaah terkejut melihatnya datang dengan wajah pucat dan mata sembab. Seusai salat, Dani berdiri di hadapan semua orang. Suaranya bergetar, "Saudara-saudaraku, selama ini saya hidup dalam kemunafikan. Saya berdusta, saya mengingkari janji, saya mengkhianati amanah. Saya keras hati, menolak nasihat, dan menutup diri dari kebenaran. Saya mohon maaf, dan saya ingin berubah.Suasana masjid mendadak hening. Beberapa orang menunduk, meneteskan air mata. Ustaz desa maju, menepuk pundaknya, lalu berkata, "Dani, Allah Maha Penerima Taubat. Yang membedakan manusia hanyalah siapa yang mau bertaubat, dan siapa yang terus menutup hatinya.
 Sejak malam itu, Dani berusaha memperbaiki dirinya. la mengembalikan uang yang pernah ia salahgunakan, belajar berkata jujur, dan berlatih menepati janji sekecil apa pun. la tahu, kepercayaan masyarakat tidak bisa didapatkan dalam sekejap Namun dengan kesungguhan, ia yakin Allah akan membukakan kembali jalan yang benar.
 Waktu berlalu, perlahan masyarakat mulai melihat perubahan pada diri Dani. la tidak lagi banyak bicara, tetapi lebih banyak bekerja nyata. la tidak lagi sibuk menampilkan diri, tetapi berusaha ikhlas. Dani akhirnya menyadari, lebih baik sederhana namun tulus, daripada tampak saleh dengan hati yang tertutup.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun