Mohon tunggu...
Intan Sani
Intan Sani Mohon Tunggu... -

Diam diam suka menyimak

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Lika Liku Problematika Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis

24 September 2025   08:56 Diperbarui: 24 September 2025   08:56 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makan Bergizi Gratis atau kerap disingkat MBG merupakan program yang digagas pemerintahan saat ini diperuntukkan untuk para siswa sekolah, balita, ibu hamil dan menyusui. Program MBG telah terlaksana kurang lebih selama sembilan bulan. Pelaksanaan MBG di awal hingga hingga sampai saat ini terus menyita atensi masyarakat, pasalnya selalu ada saja yang membuat publik geram mengenai kabar pelaksanaan MBG ini. Berikut ini beberapa problematika selama pelaksanaan program MBG berlangsung : 

Pertama, menu yang seadanya membuat anak anak enggan berselera. Beberapa siswa mengunggah foto menu makan bergizi gratis mereka ke sosial media dan bercerita bahwa menu makanan bergizi gratis mereka rasanya secara visual kurang menarik dan nampak tidak meyakinkan. Bagaimana tidak dalam wadah makan tersebut seperti buah potong yang sangat tipis, daging yang alot dan belum matang, rasa hambar, sehingga dalam satu tempat makan atau ompreng yang disajikan pun masih jauh dari kata layak dan gizi yang terkandung pun masih kurang untuk memenuhi nutrisi para siswa.  

Kedua, pengganti menu MBG saat bulan puasa lalu terdiri dari jajanan dan minuman UPF (Ultra Process Food). Meski di bulan puasa, siswa masih mendapatkan makanan gratis untuk dibawa ke rumah. Tetapi yang disayangkan menu yang dibawa justru makanan dan minuman UPF (Ultra Process Food). Jenis makanan dan minuman kemasan tersebut tinggi akan kandungan bahan pemanis, bahan pengawet, dan bahan bahan tambahan lainnya yang apabila dikonsumsi terus menerus dapat berdampak pada masalah kesehatan. Makanan kemasan tersebut tentu tidak mencerminkan kata "bergizi" dalam program MBG. 

Ketiga, meningkatnya kasus keracunan akibat MBG. Keracunan massal akibat menyantap makanan bergizi gratis di beberapa daerah terus bermunculan sampai saat ini, bahkan sebagian kepala daerah menyatakan keracunan massal ini sebagai kejadian luar biasa atau KLB. Angka kasus kejadian di awal pelaksanaan program hingga kini terus meningkat. Namun, sayangnya di tengah banyaknya korban kasus keracunan masih ada pihak pihak yang memandang kasus keracunan sebagai kasus kecil. Alih alih introspeksi untuk berbenah, malah menyalahkan para korban yang baru merasakan kelezatan makanan bergizi gratis lah, kebersihan tangan korban lah, dsb. 

Kempat, orang tua/wali murid harus menanggung risiko dari MBG. Dampak dari masalah kasus keracunan membuat sekolah di salah satu daerah membuat pernyataan berupa himbauan kepada orang tua/wali murid agar bersedia menanggung dan tidak diperkenankan untuk menuntut jika ada risiko yang ditimbulkan saat siswa menyantap makanan bergizi gratis. Himbauan tersebut justru seakan mengancam mereka untuk tutup mulut apabila terjadi sesuatu pada anak mereka selama pelaksanaan MBG seperti masalah pencernaan, alergi, hingga keracunan. Selain itu, adanya pungutan permintaan ganti rugi kepada orang tua jika adanya kerusakan ataupun kehilangan pada wadah tempat makan. Bukankah  hal tersebut tak selaras dengan kata "gratis" dalam program MBG. Kasus ini sayangnya tiba tiba senyap tidak ada klarifikasi jelas dari pihak sekolah. Setelah berita ini viral beberapa pihak menyatakan bahwa tidak ada pungutan untuk para orang tua/ wali murid. Entah mana yang benar, yang jelas mengapa pihak sekolah sampai meminta orang tua/wali murid menanggung risiko hingga ganti rugi dari pelaksanaan MBG padahal, anggaran pelaksanaan MBG dari pusat saja sudah sangat besar bahkan sampai rela memangkas alokasi dana dari sektor lainnya. 

Kelima, wadah makanan atau ompreng MBG mengandung minyak babi. Ini tidak hanya masalah kehalalan dan keharaman lagi, tapi rasa aman dan tenang masyarakat dipertaruhkan oleh para pihak yang entah sengaja atau tidak sengaja meloloskan tanpa meninjau keamanan dan kehalalan produk ompreng. Diketahui bahwa ompreng jenis stainless steel yang diklaim food grade atau aman digunakan untuk makan nyatanya setelah ditelusuri lapisan ompreng tersebut mengandung minyak babi. Tentu saja hal tersebut membuat resah dan gaduh masyarakat tak terkecuali para orang tua dan anak. Masyarakat dan sejumlah ormas islam meminta untuk dihentikan pelaksanaan program MBG serta segera mengganti ompreng yang  aman dan halal.

Sebetulnya masih banyak permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan program MBG berlangsung. Problematika pelaksaan  program MBG layaknya seperti fenomena gunung es, masih banyak lagi yang perlu diungkap dan ditinjau lebih dalam lagi dari pelaksanaan program MBG. Jangan sampai tujuan untuk mencegah stunting justru membawa malapetaka bagi anak anak sebagai generasi selanjutnya.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun