Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tingkatkan Literasi Digital Kita

14 Juni 2019   17:11 Diperbarui: 14 Juni 2019   17:12 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemenang hadiah Nobel bidang ekonomi 2002, Daniel Kahneman pernah mengemukakan soal informasi yang dibawa oleh internet. Karyanya yang berjudul Thinking Fast and Slow  mengemukakan bahwa ada kecenderungan orang percaya pada informasi di dunia maya tanpa mengeceknya sama sekali. Ini membawa konsekwensi bahwa kebohongan atau kabar tidak benar dan menyebarkannya ke seluruh dunia.

Indonesia juga tak bisa lepas dari prediksi di buku itu. Saat ini sekitar 65 % dari 132 pengguna internet langsung mempercayai berita yang mereka terima dan celakanya mereka langsung menyebarkannya. Seperti kita tahu bila kita mendapat informasi dari grup WA kita cenderung langsung membagikannya kepada pihak lain tanpa mengeceknya terlebih dahulu. Padahal mungkin saja wa yang kita sebarkan itu berisi informasi yang salah. Sehingga akibatnya bisa kita lihat, seringkali masyarakat menjadi salah persepsi terhadap sesuatu.

Indonesia memang menjadi negara yang punya pengguna internet dan media sosial yang sangat besar. Pengguna internet kini bertambah dari sekitar 132 menjadi sekitar 170 juta orang yang memakai internet. Ini jumlah yang sangat besar karena ada  265 juta rakyat Indonesia. Ironisnya, dari jumlah itu tidak sedikit warga negara yang tidak paham bagaimana menyikapi informasi yang didapatkan di wa grup atau di fb itu. Kita tahu bersama bahwa data atau informasi yang ada belum tentu benar, tapi belum tentu semuanya juga salah.

Sikap dan pemahaman terhadap informasi di internet itu yang sering disebut sebagai literasi digital. Hal ini sangat terkait dengan konteks informasi; semisal terjadi di situasi seperti apa, di pihak siapa dan bagaimana proses informasi bisa terjadi. Artinya informasi yang kita terima dari internet dibutuhkan cek dan ricek agar kita benar-benar paham apa yang sebenarnya terjadi dan apakah informasi itu benar atau tidak. Jadi bisa dikatakan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia sangat rendah.

Literasi digital rendah, membawa banyak konsekwensi. Misalnya masyarakat amat mudah menerima informasi-informasi yang tidak berguna atau tidak seharusnya yang terkait dengan pornografi, radikalisme atau hal lainnya. Kita tahu radikalisme kini hadir dalam kemasan menarik sehingga banyak remaja atau pemuda bahkan orang yang sudah mapan, terpengaruh dan akhirnya menjadi pelaku radikalisme itu sendiri.

Mungkin kita bisa melihat  beberapa kepala keluarga yang membawa keluarganya ke Suriah dengan dalih mereka akan berjihad. Mereka memilih Suriah sebagai ajang jihad karena banyak narasi yang beredar di internet bahwa Suriah adalah tempat yang tepat untuk menegakkan Islam. Keyakinan ini diperoleh karena literasi digital kita sangat rendah. Kalaupun berpendidikan tinggi, tempat konfirmasi kita sangat terbatas.

Dalam kondisi seperti ini yang kita perlukan adalah pemahaman tepat soal literasi digital. Kita harus peka terhadap informasi-informasi yang masuk sehingga kita bisa mendudukan persoalan dengan benar dan tepat termasuk soal agama. Dengan begitu kita bisa terhindar dari pengaruh porngrafi yang bisa meracuni, juga soal radikalisme yang membahayakan bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun