Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menguatkan Komitmen Menjaga Keberagaman

10 Desember 2018   08:12 Diperbarui: 10 Desember 2018   08:22 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bhineka Tunggal Ika. sumber : story.com


Seiring memasuki tahun politik dan merebaknya propaganda radikalisme dan intoleransi di media sosial, membuat ujaran kebencian terus bermunculan dimana-mana. Praktek semacam ini memang sengaja dimunculkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. 

Ada yang memang karena urusan politik, tapi ada juga yang untuk memecah belah kerukunan antar umat yang sudah ada di negeri ini. Kenapa kerukunan perlu dipecah belah? Karena kelompok radikal menginginkan konsep negara khilafah, yang jelas bertentangan dengan Indonesia yang mempunyai keanekaragaman yang begitu besar.

Padahal, Indonesia merupakan negara yang kaya akan nilai-nilai kerarifan lokal. Indonesia mengenal nilai-nilai toleransi, tenggang rasa, tepo seliro, gotong royong dan lain sebagainya. Kearian lokal tiap-tiap daerah tentu berbeda. Namun, semua nilai-nilai itu tidak ada yang menganjurkan untuk menebar kebencian. 

Lihat Pancasila. Silai-sila yang tertuang dalam Pancasila merupakan murni kearifan lokal yang ada di negeri ini. Dari sila pertama hingga kelima, tidak ada yang menunjukkan kebencian. Semuanya justru mempunyai semangat untuk menyatukan.

Semangat untuk bersatu ini sudah ditunjukkan oleh para generasi sebelumnya. Ketika perjuangan melawan penjajah dilakukan secara sendiri-sendiri, kemerdekaan itu sulit sekali didapatkan. Para pahlawan dari berbagai daerah terus bermunculan, tapi karena perjuangan dilakukan secara sendiri-sendiri, kekuatan tidak bisa seperti yang diharapkan. 

Ibarat sapu lidi, jika satu lidi digunakan untuk menyapu, tentu tidak akan kuat. Jangankan mengharapkan bersih, lidinya pun akan mudah patah. Namun jika banyak lidi itu dijadikan satu, maka akan menjadi lebih kuat. Dan kebersihan yang kita harapkan akan tercapai.

Begitu juga dengan semangat untuk melawan kebencian. Harus dilakukan bersama-sama oleh semua pihak. Dari anak-anak hingga dewasa. Dari masyarakat biasa hingga presiden. Semua harus bergandengan tangan merawat kebhinekaan dan menjaga kerukunan yang telah ada. Memang, munculnya paham radikalisme di semua lini, membuat kerukunan berpotensi terpecah belah. 

Terbukti, sebagian masyarakat kita sudah terpapar bibit radikalisme. Mereka tak hanya menyebarkan ujaran kebencian, tapi juga aktif melakukan provokasi, hingga ajakan untuk melakukan tindakan radikal. Seperti persekusi hingga melakukan aksi terorisme.

Ujaran kebencian dan kabar bohong (hoaks) tidak boleh dibiarkan. Bibit kebencian dan hoaks tidak boleh mewabah di tahun politik seperti sekarang ini. Tokoh masyarakat, tokoh politik, tokoh agama, dan tokoh-tokoh lainnya, harus bergandengan tangan dengan para generasi penerus, untuk membersihkan dunia maya dan dunia nyata dari bibit kebencian. Jangan biarkan era milenial yang semestinya bisa menjadi era untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, justru menjadi era memecah belah bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun