Semua upaya yang dilakukan tersebut tetap tidak berhasil mengatasi masalah penumpang naik ke atap gerbong kereta.
Lalu kenapa sekarang KRL Jabodetabek berhasil mengatasi semua masalah tersebut?
Menurut Jonan, solusi untuk mengatasi semua masalah itu adalah dengan mengubah sistem menggunakan IT (Information Technology).
Penggunaan sistem tapping kartu untuk masuk area stasiun telah berhasil mengatasi hampir seluruh masalah yang ada di KRL. Penumpang naik ke atas gerbong kereta umumnya karena tidak membeli tiket sehingga terhindar dari pemeriksaan petugas di dalam gerbong.Â
Dengan sistem konvensional dan stasiun kereta belum tertutup rapat seperti sekarang ini, penumpang bisa leluasa masuk ke stasiun dan naik ke atap gerbong kereta agar dapat gratis.Â
Meskipun ada sebagian kecil penumpang yang memiliki tiket dan naik ke atap gerbong kereta dengan alasan di dalam gerbong penuh, namun jumlahnya tidak terlalu banyak.Â
Dengan menutup rapat stasiun kereta dengan pagar besi dan menerapkan sistem tapping kartu, maka tidak ada lagi penumpang yang dapat masuk ke dalam stasiun tanpa menggunakan kartu. Jika penumpang berhasil masuk tanpa kartu, belum tentu juga mereka bisa keluar di stasiun tujuan, karena untuk keluar di stasiun tujuan juga harus melakukan tapping kartu.Â
Dengan sistem IT ini, celah kebocoran uang dari penjualan tiket secara manual dapat diatasi, penggunaan kertas untuk tiket manual bisa dihilangkan, petugas pemeriksa tiket di gerbong kereta tidak dibutuhkan lagi, pengamen dan pedagang asongan di dalam gerbong hilang.
Bahkan, pengelola KRL Jabodetabek (PT. KCI) dapat mengetahui secara langsung atau real-time jumlah pengguna KRL Jabodetabek per hari.Â
Saat ini (sebelum pandemi CoVid-19) jumlah pengguna KRL Jabodetabek tercatat paling banyak 1,1 juta penumpang/hari. Tentu ini jumlah yang tidak sedikit.
Jika rata-rata seorang penumpang membayar Rp. 6.000/hari PP, penghasilan kotor KRL Jabodetabek bisa mencapai angka fantastis Rp. 6,6 miliar/hari. Ini tak akan terjadi jika KRL Jabodetabek tidak bertransformasi menjadi alat transportasi modern dengan memanfaatkan IT. Ini mungkin yang disebut sebagai IT as enabler, TI (Teknologi Informasi) sebagai pemungkin atau TI sebagai pemberdaya.