Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Janda Desa, Perempuan yang Punya Anak Sarjana

22 April 2021   16:59 Diperbarui: 22 April 2021   17:59 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Janda desa yang punya anak sarjana diambil dari finansialku.com

Dari figur perempuan banyak penulis menulis, banyak seniman melukis dan bernyanyi. Banyak penyair berpuisi. Banyak anak-anak berdandan bak Kartini. Sebuah nama yang disebut tanpa akhir.

Perempuan janda umumnya selalu menimbulkan banyak konotasi di masyarakat, yang terkadang kurang enak didengar. Konotasi dan apa kata orang tentang perempuan janda bisa saja ada. Meskipun demikian, banyak orang tidak tahu karena mungkin tidak pernah melihat kehidupan janda-janda apalagi di desa-desa.

Kehidupan para janda di desa terasa tidak ada bedanya dengan orang lain yang memiliki pasangan suami dan istri. Bahkan saya justru lebih mengagumi mereka yang seperti sebatang kara, tetapi masih punya gairah hidup dan semangat kerja yang luar biasa.

Berangkat dari latar belakang kehidupan saya yang berasal dari desa, maka saya mengenal kaum keluarga saya dan orang-orang lainnya yang hidup tanpa suami. Ada banyak alasan mengapa mereka menjadi sang janda di desa.

Ada yang suami mereka meninggal karena penyakit kronis lainnya, ada pula yang meninggal karena kecelakaan di tempat perantauan Malaysia. Namun, apakah mereka menjadi sungguh rapuh dan tidak berdaya? Jawabannya, tidak.

Ada 4 ciri khas dan prinsip perjuangan janda desa untuk kesehatannya dan juga kehidupan dan masa depan anak-anaknya:

1. Menjadi janda bagi mereka adalah suatu tantangan, ya tantangan untuk mandiri sebatang kara

Kenyataan telah menunjukkan bahwa ada banyak sekali janda di desa yang bisa membangun rumah yang layak dan bahkan punya anak sarjana. Mengapa seperti itu? 

Ada ungkapan paling sederhana dalam bahasa daerah seperti ini, "ree mozo dheko jao ai ki, asal ana jao sarjana, yang berarti, biarlah yang bernasib buruk, susah cukup cuma saya, yang penting anak saya bisa sarjana" 

Ungkapan ini bukan ungkapan bahasa adat, tetapi sebuah tutur biasa atau tutur sehari-hari para janda di desa-desa. Namun, kekuatan tutur para janda desa itu sungguh mengubah hidup dan masa depan anak-anak mereka. 

2. Belajar menerima kenyataan sambil bekerja dengan kekuatan harapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun