Saya pikir jenuh itu terjadi karena berhadapan dengan hal yang sama, maka saya perlu dengan berani membuat keputusan baru pada saat jenuh. Atau bahkan jenuh itu sendiri sudah bisa dihindari dengan suatu perencanaan terkait kegiatan harian yang bervariasi.Â
Contohnya, pada pagi hari saya bisa mengisi waktu setengah jam menulis di kompasiana, lalu setengah jam saya membaca buku yang terkait dengan tema tulisan dari universitas, lalu setengah jam saya menulis dari apa saya bacakan, lalu setengah jam senam di kamar untuk menurunkan tensi.
Selanjutnya saya bisa satu jam jalan-jalan ke sungai Rhein, sambil membawa Kamera untuk membuat gambar-gambar pada objek yang unik dan menarik. Dan masih banyak lagi kegiatan lainnya yang bisa saya lakukan.
Jenuh itu bisa saja terjadi karena kurang kreatif menata acara harian pribadi atau acara rumah tangga. Karena itu, saya mengajak teman-teman semua yang jenuh sampai tidak bisa menulis untuk belajar buka mata dan menatap langit. Teman-teman akan tahu bahwa awan dan langit itu tidak pernah statis dari waktu ke waktu. Dinamika alam dan segala sesuatu di sekitar kita sebetulnya sudah cukup menjadi alasan untuk menghalau kejenuhan kita.Â
Saya pernah berdiri pada tempat yang sama dengan arah yang sama memotret awan dari atas jembatan St. Theodor Mainz, menariknya bahwa berulang kali pada tempat yang sama bahkan pada waktu yang sama, namun gambar yang saya dapatkan selalu berbeda. Kejenuhan saya waktu itu lenyap di atas jembatan St. Theodor Mainz. Ya, inilah kenangan pertama saat saya belajar mengatasi rasa jenuh.Â
Jadilah kreatif saat  Anda jenuh, maka rasa jenuhmu tidak akan berkepanjangan, bahkan Anda akan bisa menulis lagi di Kompasiana dari kejenuhan-kejenuhan yang Anda alami dan cara Anda yang unik dan menarik mengatasi kejenuhan Anda sendiri.
Ino, 17.02.2021