Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik

17 Mei 2019   08:43 Diperbarui: 17 Mei 2019   08:50 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkat hadirnya sebuah perpustakaan yang berada di desa Tambun Raya Kalimantan Tengah, seorang penjual dodol dapat meningkatkan penghasilannya dan membuat dagangannya makin laris. Kok bisa? Ini dikarenakan ketidaksengajaannya membaca sebuah buku resep  saat singgah di perpustakaan itu. Dari buku resep itulah berbagai varian dodol tercipta dan makin digemari konsumennya.

 Adalah Siti Patimah, seorang wanita paruh baya yang kesehariannya menjadi perawat di desa tersebut, memiliki inisiatif untuk membangun perpustakaan desa. Bermodalkan 100 buku, Ibu Patimah percaya bahwa kehadiran perpustakaan mampu mengubah kehidupan warganya. 

Dari ketekunan dan kegigihannya, kini perpustakaan yang berkegiatan sejak tahun 2017 menjadi perpustakaan terbaik se Nasional. 

Kisah perjuangan Ibu Patimah menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis dan penggerak literasi untuk terus berkegiatan dan menciptakan dampak positif bagi masyarakat. Kisah perjuangan Ibu Patimah  juga menggambarkan tentang pentingnya aksesibilitas buku, bacaan yang bermutu dan manfaat membaca buku di masyarakat.  

Aksesibilitas buku

Di dalam sebuah kesempatan, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, mengatakan bahwa rendahnya minat baca bukan disebabkan oleh ketidaksukaan membaca tetapi lebih kepada aksesibilitas yang belum merata.

Berdasarkan data IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), dari sekitar 1.328 penerbit buku anggota IKAPI dan sekitar 109 penerbit non-IKAPI se Indonesia, hanya sekitar 711 penerbit yang aktif dalam memproduksi buku baru. Penerbit aktif tersebut pun sebagian besar berada di pulau Jawa, yakni 293 penerbit di Jakarta; 210 penerbit di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur; 143 penerbit di Jawa Barat; dan  hanya 63 penerbit berada di Luar Jawa.

Dengan lokasi penerbitan yang hanya berada di pulau jawa, berharap mendapatkan buku murah terjangkau bagi daerah yang terpencil menjadi hal yang sulit karena bea ongkos kirim yang mahal. Ditambah lagi kenyataan bahwa saat ini rasio jumlah terbit buku setiap tahun baru mencapai  700 ribu, artinya masih terdapat gap yang besar dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai  262 juta jiwa.

Bagi masyarakat perkotaan yang mudah mengakses internet setiap hari , buku bisa dianggap sebagai pilihan kedua mendapatkan informasi ketimbang melalui gawai. Namun bagi masyarakat yang sulit akses internet, buku adalah satu satunya sumber informasi untuk mengetahui isi alam semesta. Karena itu, kehadiran taman baca untuk menghadirkan bacaan buku fisik yang terjangkau bagi masyarakat terpencil menjadi penting.   

Berdasarkan data dari Forum Taman Baca Masyarakat (TBM) tahun 2018, di Kalimantan Timur baru ada 43 Taman Baca Masyarakat  dengan penyebaran tidak merata. Terbanyak di Samarinda yakni 13 TBM, lalu di Kutai Kartanegara sebanyak 4 TBM, kemudian Balikpapan sebanyak 5 TBM, sedangkan di kota lainnya bisa dihitung dengan jari.

Bacaan bermutu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun