Organisasi Kancil Mas pada awalnya berdiri sebagai wadah untuk mengembangkan seni bela diri pencak silat. Seiring berjalannya waktu, organisasi ini mengalami perkembangan dengan menggabungkan kesenian bantengan, sebuah seni tradisional yang telah lama ada di masyarakat.
Saat ini, organisasi tersebut dipimpin oleh Pak Suparno selaku Ketua Umum, dan dibantu oleh Pak Adi---yang akrab disapa Pak Ndong---sebagai Wakil Ketua sekaligus pelatih.
Terkait sejarah berdirinya Organisasi Kancil Mas, Pak Adi selaku narasumber menjelaskan bahwa beliau dan Pak Suparno hanya melanjutkan kepengurusan dari generasi sebelumnya. Mereka tidak mengetahui secara pasti siapa pendiri awal organisasi tersebut maupun latar belakang lengkap pembentukannya. Namun, berdasarkan informasi yang mereka terima, organisasi ini sudah berdiri sejak tahun 1961.
Mitos-Mitos yang Berkembang yang kami Galih dari kedua narasumber diatas
Selain dikenal sebagai organisasi seni dan bela diri, Kancil Mas juga lekat dengan berbagai mitos yang berkembang di kalangan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan pementasan bantengan. Beberapa mitos tersebut antara lain:
1. Kerasukan Arwah Banteng
Konon, saat pementasan bantengan berlangsung, penari yang memerankan sosok banteng dapat dirasuki oleh arwah banteng, sehingga gerakannya menjadi tidak terkendali dan tampak lebih hidup.
2. Tempat Penyimpanan Alat Kesenian
Seluruh alat kesenian bantengan dipercaya harus disimpan di rumah Pak Suparno. Masyarakat meyakini bahwa jika alat-alat tersebut dipindahkan ke tempat lain, akan terjadi kejadian-kejadian di luar nalar, seperti jidor yang berbunyi sendiri atau kepala bantengan yang tiba-tiba bergerak tanpa sebab.
3. Komunikasi Gaib dengan Anggota di Perantauan
Terdapat pula mitos bahwa anggota yang telah transmigrasi ke luar pulau tetap dapat mengetahui kapan pementasan bantengan digelar. Konon, informasi tersebut disampaikan oleh arwah yang dipercaya bersemayam dalam properti bantengan.