Mohon tunggu...
Maratus AtinSafitri
Maratus AtinSafitri Mohon Tunggu... Mahasiswi

Hai, Aku Atin seorang Mahasiswi dari Lamongan. Selamat membaca dan semoga harimu menyenangkan :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ikut Program Pertukaran Mahasiswa Tapi Daring? Gimana Rasanya

15 Februari 2025   18:20 Diperbarui: 17 Februari 2025   14:00 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berkesempatan mengikuti program-program di luar kampus memang dapat membawa kesan tersendiri. Selain menambah pengalaman, kita juga akan tahu perbedaan yang terjadi antar Universitas. Di pertengahan tahun 2023, ketika masuk semester 3 aku mencoba mengikuti program pertukaran mahasiswa di Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta atau yang disingkat dengan UKRIDA.

Program ini memang serupa dengan milik Kemendikbudristek yaitu Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), bedanya kalau program yang aku ikuti ini merupakan dari pihak UKRIDA sendiri yang menyelenggarakannya, jadi bukan dari Kemendikbudristek. Program ini berlangsung selama satu semester. Mata kuliah yang ditawarkan oleh pihak UKRIDA juga tidak menyeluruh hanya tersedia beberapa mata kuliah saja yang ditawarkan. Dan mahasiswa dibebaskan memilih mata kuliah sebanyak yang diinginkan.

Kalau di PMM, pelaksanaannya berlangsung onsite. Sedangkan di UKRIDA sebaliknya, berlangsung secara daring. Terus gimana rasanya kuliah selama satu semester dilaksanakan secara daring? 'Ya awalnya biasa, tapi selama aku menjalani program ini ternyata fine" aja dan nggak seburuk yang kebanyakan orang kira.' Waktu itu aku ambil dua mata kuliah yang terdiri dari Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan Technopreneurship.

Alasan aku ambil dua mata kuliah ini karena yang pertama, Kaprodi dari jurusanku menyarankan untuk mengambil mata kuliah yang Psikologi ABK karena mata kuliah tersebut berkaitan dengan program studi yang aku tempuh saat ini yaitu tentang pendidikan anak dasar, jadi sangat sesuai. Yang ke dua, aku ambil mata kuliah Technopreneurship atas keinginanku sendiri karna aku berpikir ini merupakan suatu yang penting apalagi di dalamnya membahas tentang kepemimpinan serta strategi pengembangan dan pengelolaan bisnis. Makanya aku sengaja ambil mata kuliah ini, ditambah dari program studi aku juga tidak akan ada mata kuliah seperti itu.

Selama program ini berlangsung, kami hanya dapat berkomunikasi via WhatsApp saja untuk sekedar update informasi tentang pertukaran mahasiswa UKRIDA. Nah biasanya perkuliahan yang dilaksanakan secara daring, itu karena dosen tidak bisa hadir atau memang ada kendala lain sehingga tidak memungkinkan untuk datang ke kampus. Tapi selama pembelajaran daring di UKRIDA, semua sudah dipersiapkan oleh panitia penyelenggara mulai dari link zoom, akses portal kampus maupun untuk sekedar sharing informasi lain terkait program ini. Jadi benar" zoom terus selama satu semester itu.

Sebelum perkuliahan dimulai, peserta mahasiswa perlu login dulu ke portal dan UVC yang sudah dibuatkan oleh penyelenggara untuk keperluan selama masa studi berlangsung. Pada portal UKRIDA akan memuat sistem informasi seperti mata kuliah apa saja yang diambil, biaya selama masa studi, KRS, KHS dll. Semua itu dapat dilihat melalui laman portal UKRIDA. Sedangkan UVC (Ukrida Virtual Class) merupakan media pembelajaran berbasis daring yang digunakan oleh Universitas Kristen Krida Wacana. Semua peserta mahasiswa melakukannya secara mandiri sesuai dengan juknis dan tutorial yang sudah diberikan oleh pihak penyelenggara. Selama mengikuti program ini, peserta pertukaran juga tidak dikenai biaya kuliah sama sekali.

Ketika pembelajaran daring sudah berlangsung, ada hal yang membuatku terkesan untuk pertama kali. Salah satu dari dosen di sana ternyata ada yang punya asisten, dan untuk cek kehadiran atau izin tinggal konfirmasi saja ke asistennya dan tidak perlu menghubungi dosen pengampuhnya. Enak banget ya, semua bisa di handle sama asistennya. Jujur, karena di kampus aku sendiri belum pernah dengar ada dosen yang punya asisten, makanya aku baru tahu saat itu juga.

Aku juga mendapatkan buku yang berjudul "Kewirausahaan Milenial Edisi New Normal", penulisnya pak Elkana Timotius ST, MM, MT. Beliau merupakan salah satu dosen di UKRIDA yang mengampuh mata kuliah Technopreneurship sekaligus yang mengajar aku. Kalian juga bisa mencari di internet tentang biodata beliau dan detail buku tersebut. Beliau memberikan buku itu ke semua mahasiswanya termasuk aku yang juga merupakan peserta mahasiswa pertukaran. Dikasih gratisan sama beliau, baik banget kan. Jadi di dalam buku itu membahas kehidupan selama masa pandemi covid19, bagaimana cara membangun usaha di era New Normal, mengembangkan strategi bisnis dan lengkap lagi. Kalaupun beli harganya itu masih di atas Rp. 50.000 an.

Suka duka dalam menjalani perkuliahan secara daring pasti ada, tapi aku tetap senang walaupun berlangsung daring. Perbedaan di setiap kampus juga tentu ada, tergantung kebijakan masing". Banyak pelajaran yang dapat aku ambil dari pengalaman luar biasa ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun