Mohon tunggu...
Y. B. Inocenty Loe
Y. B. Inocenty Loe Mohon Tunggu... Guru - Instruktur Pembelajaran Kreatif, Penulis, Kandidat Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Yohanes Baptista Inocenty Loe, Saat ini menjadi kandidat Magister Teknologi Pendidikan di Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Ia bekerja sebagai pendidik di salah satu sekolah swasta di kota Kupang, sekaligus menjadi instruktur pelatihan menulis dan pembelajaran kreatif berbasis digital di NTT. Sebagai seorang instruktur menulis, karya-karyanya telah diterbitkan di media massa cetak maupun online. Ia telah menerbitkan tiga buku yaitu Kisah Para Pelukis Wajah Bangsa, Literasi di Atas Awan dan buku terbarunya berjudul Prinsip-Prinsip Demokrasi John Rawls (Menguak Kebebasan dan Kesetaraan). Selain itu, ia juga adalah editor yang telah mengedit puluhan buku dan membantu banyak pihak untuk menerbitkan bukunya. Sebagai pelatih pembelajaran kreatif berbasis digital, ia banyak kali diundang ke berbagai kesempatan di wilayah NTT untuk berbagi inspirasi dan motivasi. Kemampuannya ini telah dibuktikan dengan berbagai pencapaian dan penghargaan yang diraihnya. Pada 2021, dinobatkan sebagai penulis aktif tingkat Nasional dan guru aktif literasi tingkat nasional. Di bidang pembelajran kreatif berbasis digital, seluruh karya dan inovasinya pernah ditanyakan di TVRI Nasional pada program Inspirasi Indonesia, akhir 2022 lalu

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Artificial Intellingence Itu Ancaman bagi Umat Manusia

29 Februari 2024   21:17 Diperbarui: 29 Februari 2024   21:34 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Y. B. Inocenty Loe

"Saya ingin memulai tulisan ini dengan sebuah cara pandang negatif bahwa Artificial Intellingence itu ancaman bagi umat manusia. Jika anda berpikir sebaliknya, silahkan berikan tanggapan."

Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik sejagad berulang kali berbicara tentang masa depan dunia di tengah kehadiran Artificial intelligence. Ia menghimbau agar pemimpin dunia memprakarsai kebijakan yang bisa mengatur AI. Bapa Paus memiliki ketakutan bahwa Ai dapat mengancam kelangsungan hidup manusia dan dunia, rumah kita bersama.

Ketakutan senada diungkapkan Stephen Hawking kepada BBC pada Desember 2014 lalu. Ia mengingatkan bahwa "Pengembangan kecerdasan buatan secara penuh bisa berarti akhir umat manusia. Manusia, yang dibatasi oleh evolusi biologis yang lambat, tidak dapat bersaing, dan akan tergantikan."

Tentu saja ketakutan Paus dan Hawking ini bukan tanpa alasan. Tahun 2017 lalu, dalam pidatonya di Massachusetts Institute of Technology, Tim Cook menyampaikan dengan tegas bahwa "Saya tidak khawatir tentang kecerdasan buatan yang memberi komputer kemampuan untuk berpikir seperti manusia. Saya lebih khawatir tentang orang-orang yang berpikir seperti komputer, tanpa nilai atau kasih sayang, tanpa memperhatikan konsekuensi. "

Meskipun Ai diciptakan dengan mimpi besar untuk mendukung manusia agar semakin produktif dalam berinovasi dan membantu orang yang paling tidak beruntung. 

Hawking misalnya, dibantu oleh Ai dalam aktivitas dan kehidupannya. Di sisi lain, ada ketakutan besar bahwa Ai menjadi ancaman eksistensial bagi umat manusia. Pengaruh Ai yang dominan dapat menyebabkan manusia enggan berpikir secara kritis.

Ada kecenderungan mahasiswa lebih bergantung pada cara berpikir Ai dibanding kemampuan berpikirnya sendiri. Pernah muncul dalam video singkat di Media Sosial. Sorang mahasiswa mengucapkan terima kasih pada Ai karena telah banyak membantunya sehingga bisa lulus dan wisuda. Berharap, Ai tidak menggantikan mahasiswa ini untuk berpikir secara kritis. Jika sebaliknya, maka bayangkan saja masa depan dunia di bawah kedali Ai yang mendepak cara berpikir kritis, hati nurani, cinta kasih, nati nurani dan solidaritas antar manusia. Bukan hanya tentang pencapaian tetapi tentang masa depan eksistensi manusia.

Dunia pendidikan, sebagai tumpuan terakhir sumber daya manusia harus tetap menjaga praktik-praktik yang menumbuhkan cara berpikir kritis, mempertajam hati nurani, memperkuat solidaritas antarmanusia, mengupayakan cinta kasih dan paling penting adalah merawat bumi, rumah kita bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun