Mohon tunggu...
Ingrit Dilla Farizna
Ingrit Dilla Farizna Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Fakultas Hukum UIN Jakarta

SINE AMOR NIHIL EST VITA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ruh Perjuangan Masyarakat Dandy Modern

7 September 2021   20:59 Diperbarui: 7 September 2021   21:02 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/Buzzfeed

Dari sub judul diatas mungkin terdengar asing bagi Sebagian orang begitupun saya yang mengenal istilah "Dandy" melalui satu buku dari mahakarya Albert Camus. 

Dandy atau yang disebut sebagai masyarakat pesolek, mengingatkan kepada saya tentang realitas kehidupan di zaman modern hari ini. Di mana kita hidup pada tuntutan zaman yang glamor meskipun berada dalam situasi sulit. "Dandy" di dunia modern hari ini mungkin saja tidak sekedar warna untuk mempercantik penampilan tetapi juga berkembangbiak hingga ke dalam pikiran.

Saya tidak mengetahui jelasnya berapa banyak manusia yang hidup di planet bumi saat ini. Tetapi kebiasaan kaum dandy terus berkembang dari zaman ke zamannya, dari modern ke "lebih' modern atau ke "sangat" modern berikutnya. Bahkan bisa dibilang Ia menjadi kebutuhan pokok untuk setiap manusia terutama targetnya adalah kehidupan remaja yang sedang gila-gilanya bergaya.

Sifat glamor tidak lagi mengelilingi kehidupan para artis atau selebriti saja, di zaman ini siapapun bisa bergaya dan mengikuti trend apapun yang disuka. Seperti  kaum muda yang menjadi  sasaran utama di dunia persolekan saat ini, karena menurut anak muda penampilan adalah sebuah keharusan nomor satu. Mereka mementingkan semua yang berbau kecantikan.

 Dan mungkin hanya dalam per"dandy"an inilah gender tidak lagi dibeda-bedakan, sebab tidak hanya wanita yang menyukai kecantikan bahkan pria sekali pun senang untuk bergaya dandy.

Adanya pusat perbelanjaan seperti mall-mall besar di kota merupakan suatu dukungan yang diakibatkan oleh lonjakan gaya hidup dandy-dandy di modern ini. Nicolaus Deny mengatakan dalam blog pribadinya bahwa Ketika gaya menjadi segala-galanya dan segala-galanya menjadi gaya maka perburuan penampilan akan dan citra diri juga akan masuk ke dalam permainan konsumsi. Ini semua dikarenakan  ketampanan dan kecantikaan merupakan terminology klasik yang menjadi bagian penting sebagai bahan pembicaraan yang tidak pernah surut pada saat ini di dunia modern. Mungkin saja dengan bergaya mereka merasakan sesuatu atau kepercayaan lebih akan dirinya. 

Dandy dan perjuangan Era Modern

Mengenai sifat dandy yang kita pikirkan sebagai sebuah kehidupan glamor, mewah, dan hedonis, apakah dandy sendiri mempunyai keuntungan untuk si subjek?

Kita pernah mendengar bukan istilah dari "Tuhan selalu menciptakan sesuatu beserta kemanfaatannya". Oleh karena itu, dandy bisa saja memiliki keuntungan bagi si subjek yang menyenanginya. Mungkin bagi Sebagian orang kehidupan glamor adalah kebahagiaan terhadap dirinya. Tetapi bukankah itu adalah sifat tidak terpuji dengan hidup bermewah-mewahan. 

Tentu saja tidak sekedar bermewah-mewahan, jika kehidupan glamor itu membawa kebahagiaan terhadap dirinya dan membawa pengaruh baik terhadap psikologinya,ya...kenapa tidak. Mungkin bagi sebagian orang ada juga yang menganggap bahwa penampilan dapat mempengaruhi kepercayaan dirinya ketika berinteraksi dengan orang lain.

Tetapi bukan itu yang saya hendak ceritakan lebih Panjang di sini, akan tetapi bagaimana dandy bisa berdampingan dengan ruh perjuangan. Apakah dari dunia persolekan bisa mengikuti arus perjuangan yang kita ketahui kata "perjuangan" adalah dunia yang tidak rapi dan kasar?

Dandy, tidak hanya tentang segala elegan untuk mempercantik diri, tetapi telah turut serta mewarnai sejarah Indonesia. Kok bisa ya? Tentu saja hal tersebut di mulai oleh tokoh-tokoh dandy Indonesia yang fenomenal, salah satunya adalah presiden pertama kita; Soekarno. Siapa sih yang tidak kenal dengan sosok Soekarno? Tentu saja beliau adalah sosok masyur nomor satu dari dandynya orang Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun