Mohon tunggu...
Ingkian Sand
Ingkian Sand Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

Tidak perlu bio

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Negeri Copas

14 Maret 2018   11:08 Diperbarui: 14 Maret 2018   11:14 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

INDONESIA  adalah  negara yag tersusun atas ribuan pulau yang dianyam dengan kata yang amat sederhana "NKRI". Terbentuk oleh berbagai macam suku, etnis, budaya, bahasa, agama dan lain-lain. Dengan latar belakang keberagaman tersebut maka pantaslah jika Indonesia layak menyandang gelar sebagai bangsa yang multikultural.

Disamping semua yang telah disebutkan tadi, agaknya bangsa ini terkena virus dari globalisasi. Dapat dikatakan bahwa filter dari bangsa ini sudah bolong melompong, semuanya masuk tanpa proses seleksi terlebih dahulu dan selanjutnya langsung dikonsumsi secara mentah-mentah tanpa diolah. Dan akhirnya bangsa ini mengalami diare. Lantas siapa yang salah? Pemerintah?

Budaya adalah salah satu yang terkena dampaknya. Indonesia yang masyhur dengan adat istiadat, sopan santun, gotong royong, tolong menolong, hal yang sifatnya kesenian semisal tari, lagu dan masih banyak lagi. Mungkin di zaman yang katanya millenial ini, semua itu hanya sekedar menjadi dongeng semata. Budaya yang awalnya terbit dari timur ditenggelamkan secara paksa sehingga menjadi kebarat-baratan. Padahal pada hakikatnya budaya tersebut sama sekali jauh dari kebiasaan orang Indonesia yang sebenarnya.

Penciptaan budaya yang diperjuangkan nenek moyang kita yang memakan waktu yang tidak relatif singkat, dengan mudahnya diganti oleh masyarakat zaman ini bak membalikkan telapak tangan saja.

Budaya yang telah melekat erat mulai luntur bahkan ada yang menghilang tanpa meninggalkan alamat. Padahal sebagai generasi penerus kita hanya ditugaskan untuk mewarisi, diharapkan untuk menjaga dan melestarikannya. Namun semuanya berada diluar dugaan ekpektasi para pendahulu kita. Generasi penerus yang seharusnya ditugaskan untuk setia malah berselingkuh amat sangat mesra dengan budaya lain.

Bangsa ini mungkin bisa disebut dengan bangsa copas(copy paste). Mengapa? Karena masyarakat yang ngakunya bermukim dan menjadi WNI lebih suka meniru budaya-budaya dari luar dibanding dengan melestarikan dan menjaga budaya yang lahir dari rahim sendiri. contoh kecilnya yaitu dalam hal berpakaian. Remaja perempuan lebih senang memakai celana pendek, dengan alasan bahwa dengan memakai itu akan lebih menarik, padahal salah karena sesungguhnya itu tidak menutup aurat (dalam tataran Islam) dan menyalahi budaya sopan santun dalam berpakaian. Contoh yang lebih ironis lagi yaitu apabila ada salah satu dari tarian daerah kita diklaim oleh negara lain.

Barulah jika sudah ada negara lain (baca:pahlawan yang membantu menyadarkan) yang mengklaim budaya tersebut, kita akan berteriak sekeras-kerasnya (baca:kentut belaka) bahwa itu merupakan budaya Indonesia.

Seperti apa yang telah kita sadari, kebudayaan asli kian terganti dengan kebudayaan lain yang dijunjung lebih tinggi. Padahal tidak sedikit orang-orang dari negara lain yang kita tiru gayanya itu, lebih menghargai dan kagum akan budaya asli Indonesia. Selain itu, bukankah dengan adanya klaim, sudah pasti menunjukkan bahwa budaya kita memang luar biasa.

Budaya merupakan identitas suatu bangsa. Jika budaya dan adat istiadat dijaga dengan baik, maka dapat dipastikan negara tersebut akan menjadi negara yang maju dalam sisi moral ataupun etika. Alangkah baiknya jika kita kembali menumbuhkan rasa cinta, kembali menjaga dan  melestarikan budaya kita. Agar nilai-nilai kebudayaan yang telah ada dapat diwariskan pada anak cucu kita. Jika generasi selanjutnya tidak mengenal kebudayaan bangsanya, lantas apa kata dunia?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun