Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seks Pranikah di Kalangan Remaja Depok, Jawa Barat

2 Juni 2012   04:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:29 4460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mereka sudah mengerti betul tekniknya, tak ada yang menggunakan kondom, tapi mereka sudah pintar, misalnya mengeluarkan sperma di luar tubuh wanita, untuk mencegah kehamilan.” Ini pernyataan Kasubnit PPA Polres Depok, Aiptu Handayani (Remaja Depok Bersetubuh Tanpa Kondom, okezone, 25/5-2012).

Cara-cara ‘alamiah’ untuk mencegah kehamilan melalui hubungan seksual, di dalam atau di luar nikah, sering terpeleset karena cara-cara itu tidak aman.

Ada cara ‘kelokur di lokur’ yaitu mengeluarkan air mani di luar vagina (bukan sperma karena sperma ada dalam air mani sehingga tidak bisa hanya spermanya yang dikeluarkan).

Cara ini berisiko karena semen (cairan yang keluar ketika penis mulai ereksi juga mengandung sperma) akan tumpak di dalam vagina sehingga sperma bisa masuk ke rahim (Lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/19/%E2%80%99kelokur-di-lokur%E2%80%99-koq-hamil/).

Dikabarkan hubungan seksual yang dilakukan remaja tngkat SD dan SMP di Depok, Jabar, rata-rata 10 kasus. Ini catatan di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Depok.

Disebutkan: “Hal yang lebih mencengangkan lagi, dari hasil pengakuan para remaja, umumnya mereka sudah mengerti cara melakukan seks yang bebas dan aman. Dengan kata lain, mereka sudah mengetahui caranya mencegah kehamilan.”

Menurut Handayani, umumnya pelajar yang bersetubuh dengan kekasihnya tidak menggunakan pengaman atau kondom.

Tapi, kalau dengan cara ’kelokur di lokur’ tidak akan berhasil mencegah kehamilan karena selama terjadi hubungan seksual ada cairan yang keluar dari penis. Cairan ini, disebut semen, juga mengandung sperma sehingga bisa menyebabkan kehamilan.

Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian disebut ada juga kasus yang berujung pada kehamilan tidak diinginkan (KTD).

Masih menurut Handayani: “Ada juga yang sampai hamil, namun setelah ketahuan rata-rata mereka biasa saja, santai saja, tak merasa berdosa, banyak juga yang masih melanjutkan sekolah.”

Dalam kaitan seks pranikah remaja itu yang perlu diberikan bukan soal moral dan dosa, tapi risiko kesehatan (dampak buruk kehamilan di usia muda, efek aborsi, dan risiko kematian jika aborsi tidak aman), ekonomi (jika aborsi maka diperlukan uang yang banyak karena ilegal) dan sosial (dikeluarkan dari sekolah, dicaci-maki tetangga, dll.).

Selain itu yang perlu diberitahu kepada remaja, terutama remaja putri, adalah risiko tertular IMS (infeksi menular seksual, seperti GO, sifilis, hepatitis B, klamidia, herpes genitalis, dll.) serta HIV karena ada kemungkinan remaja putra yang jadi pacar mereka juga melakukan hubungan seks dengan perempuan lain, al. dengan pekerja seks atau waria.

Tidak ada manfaatnya menakut-nakuti remaja dengan pijakan moral dan dosa karena kalangan dewasa yang sudah beristri pun tidak sedikit yang melakukan hubungan seksual dengan perempuan lain, terutama pekerja seks.

Buktinya, banyak istri yang terdeteksi mengidap IMS dan HIV atau dua-duanya sekaligus. Jika istri mengidap IMS dan HIV/AIDS, maka ada risiko cacat pada bayi atau tertular HIV.

Jika remaja putra dan remaja putri tertular IMS, maka akan muncul persoalan baru yang justru merugikan masa depan mereka. Tapi, lagi-lagi perlu diingat memberikan informasi bukan dengan informasi yang dibalut moral tapi informasi yang akurat.

Nah, setelah remaja menerima informasi seksualitas yang akurat, giliran pendidikan moral yang diberikan sehingga mereka bisa menentukan sikap. ***[Syaiful W. Harahap]***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun