Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyangkalan Mendorong Penyebaran HIV di Tanah Papua

19 Januari 2011   17:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:23 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hiv-AIDS Mengancam Penduduk Papua.” Ini judul berita di id.shvoong.com (6/1-2011). Judul berita ini menunjukkan salah satu bentuk penyangkalan. Dikesankan bahwa HIV/AIDS-lah yang menyerang penduduk Papua.

Padahal, penularan HIV terkait dengan perilaku orang per orang, terutama perilaku yang terkait dengan seks. Dalam beberapa publikasi epidemi HIV di Tanah Papua selalu mencari kambing hitam, al. genosida dan pelacur dari luar Papua.

Lagi pula penyakit yang bisa disebutkan mengancam adalah penyakit yang disebarkan melalui air, udara dan binatang. HIV sebagai virus tidak disebarkan oleh air, udara dan binatang sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai penyakit yang mengancam.

Yang menyebabkan penyebaran HIV kian meningkat di Papua adalah perilaku seks penduduk orang per orang, terutama laki-laki. Bukan hanya di Papua, tapi juga di luar Papua.

Kasus HIV/AIDS di banyak daerah, terutama di Aceh dan Papua, selalu dikait-kaitkan dengan berbagai aspek yang sama sekali tidak terkait langsung dengan penularan HIV.

Di Aceh, misalnya, HIV/AIDS dikait-kaitkan dengan keterbukaan daerah itu setelah tsunami. Dikabarkan, setelah tsunami banyak orang asing datang untuk kegiatan kemanusiaan. Ini bermula dari pernyataan dari pimpinan UNAIDS Indonesia. Pernyataan ini menjadi pegagangan banyak orang di Aceh yang pada gilirannya mereka jadikan sebagai ‘senjata’ untuk penyangkalan. Padahal, sebelum tsunami sudah ada kasus HIV/AIDS yang terdeteksi (Lihat: Syaiful W. Harahap, Menyesatkan, Informasi Tentang Insiden HIV/AIDS di Aceh Terjadi Pasca Tsunami, http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/16/menyesatkan-informasi-tentang-insiden-hivaids-di-aceh-terjadi-pasca-tsunami/).

Lagi pula: Apakah ada jaminan orang Aceh yang menerapkan syariat Islam tidak akan melakukan perilaku berisiko tertular HIV di Aceh atau di luar Aceh? Buktinya, ada dua penduduk Aceh Utara yang dikabarkan tertular HIV di luar Aceh (Lihat: Syaiful W. Harahap, AIDS di Aceh Utara ‘Dibawa dari Luar’?, http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/23/aids-di-aceh-utara-%E2%80%98dibawa-dari-luar%E2%80%99/).

Begitu pula dengan Papua. Penyangkalan terhadap AIDS di Papua dikaitkan dengan genosida, pelacur dari luar, nelayan Thailand, dll. Padahal, ketika nelayan Thailand terdeteksi HIV pada saat yang sama sudah ada kasus AIDS di Papua (Lihat: Syaiful W. Harahap, Epidemi HIV di Irian Jaya, http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/17/epidemi-hiv-di-irian-jaya/).

Apakah bisa dijamin laki-laki asli Papua tidak akan melakukan hubungan seksual yang berisiko di luar Papua? Tentu saja tidak ada jaminan karena perilaku seks orang per orang tidak mungkin bisa diawasi. Dalam kaitan inilah yang perlu dilakukan adalah meningkatkan pemahaman penduduk asli Papua tentang cara-cara melindungi diri agar tidak tertular HIV secara konkret.

Diberitakan: Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Papua, James Modouw, mengatakan, “ …. pemuda Papua harus melakukan kegiatan positif …..”. Sayang, James tidak mericni kegiatan macam apa yang bisa menghindarkan remaja dari perilaku yang berisiko tertular HIV.

Sedangkan ketua KNPI Provinsi Papua, Bung Yusak Andato, SSos, mengatakan terkait dengan epidemi HIV di Papua harus menjadi perhatian bagi semua orang di Papua jangan sampai semua penduduk Papua habis dan hanya tinggal kenangan karena penyakit HIV-AIDS.

Persoalannya, informasi terkait dengan cara-cara pencegahan HIV yang konkret tidak sampai ke masyarakat secara luas. Gubernur, bupati dan pendeta justru mengumbar moral dalam menanggulangi AIDS, seperti anjuran tobat massal, mendekatkan diri pada Tuhan, menolak kondom, dll.

Selama penanggulangan AIDS di Papua tetap dibumbui dengan moral maka selama itu pula masyarakat tidak mengetahui cara-cara penularan dan pencegahan HIV yang konkret. Kalau ini yang terjadi maka sinyalemen Yusak tinggal menunggu waktu. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun