Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Euforia Kemenangan Timnas Sepak Bola di SEA Games 2023 Semoga Tidak Jadi Hiperrealitas

18 Mei 2023   19:06 Diperbarui: 18 Mei 2023   19:09 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi -- (Sumber: Twitter @afcasiancup)  

Memang, penantian 32 tahun tidaklah waktu yang singkat. Seperti yang dialami oleh penggemar sepak bola di Tanah Air yang baru bisa merayakan perolehan medali emas sepak bola di SEA Games Kamboja 2023 setelah menanti selama 32 tahun. Sebelumnya, timnas Indonesia memenangkan laga final sepak bola di SEA Games Manila 1991.

Euforia (KBBI: perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan) atas kemenangan Timnas Indonesia yang mengalahkan Thailand melalui perpanjangan waktu dengan skor 5-2 tak terbendung sampai ke Presiden Jokowi yang teraktir menteri dan pejabat makan durian di Kota Medan, Sumut.

Kemenangan telak itu fakta. Tapi, jangan lupa SEA Games bukan puncak kejuaraan sepak bola untuk kawasan Asia karena ada supremasi sepak bola Asia yaitu Piala Asia 2023 yang akan digelar 12 Januari -- 10 Februari 2024 di Qatar.

Ada 24 negara yang terbagi dalam enam grup. Indonesia di Grup D bersama Irak, Jepang, dan Vietnam. Sedangkan Thailand di Grup F bersama Arab Saudi, Kyrgyzstan, dan Oman.

Jika AFC mengikuti UEFA setiap jenjang sampai semifinal diundi, maka ada kemungkinan Indonesia bertemu lagi dengan Thailand jika keduanya lolos ke 12 besar.


Nah, jika Indonesia menjadikan kemenangan di SEA Games Kamboja 2023 bisa berdampak buruk karena bisa saja pemain Thailand yang ke SEA Games bukan bagian dari tim yang akan berlaga di Piala Asia.

Soalnya, sudah dua kali Timnas Indonesia tergelincir karena termakan hiperrealitas (kondisi yang tidak bisa membedakan fakta dan ilusi), yaitu: final Piala AFF 2010 yang jadi mimpi buruk bagi sepak bola nasional karena disikat Malaysia 3-0 pada 26 Desember 2010.

Baca juga: Timnas PSSI Korban Hyperreality Stasiun Televisi Nasional

Ketika itu Timnas berpatokan pada kemenangan Timnas Indonesia 5-1 atas Malaysia di babak penyisihan. Padahal, karena sudah lolos ke semifinal Malaysia tidak menurunkan pemain inti.

Agaknya, PSSI tidak belajar dari hiperrealitas di Piala AFF 2010 karena Untuk kedua kalinya  Timnas sepak bola Indonesia jadi korban hiperrealitas yaitu menjadikan kemenangan dengan tim-tim yang lemah sebagai patokan untuk juara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun