Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Sumut Tanpa Program Penanggulangan yang Konkret

29 Desember 2020   16:43 Diperbarui: 29 Desember 2020   17:01 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: firstpost.com).

"Pemprov Sumut akan menyurati kabupaten dan kota agar ikut melakukan sosialisasi informasi HIV/AIDS dan kepada masyarakat yang terjangkit. Dia (Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah --pen.) berharap segera melaporkan diri untuk didata dinas terkait." Ini ada dalam berita "200 Bayi di Kota Medan Terinfeksi HIV/AIDS", kompas.com, 23/12-2020.

Informasi dan sosialisasi HIV/AIDS sudah berjalan 33 tahun di Indonesia sejak kasus HIV/AIDS pertama terdeteksi di Bali (1987) diakui pemerintah. Celakanya, pemahaman tentang HIV/AIDS sebagai fakta medis sangat rendah. Hal ini terjadi antara lain karena materi KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga fakta medis hilang yang muncul hanya mitos (anggapan yang salah).

Baca juga: Menyoal (Kapan) 'Kasus AIDS Pertama' di Indonesia

Seperti pada pernyataan Wakil Gubernur Sumut itu yang menyebut 'sosialisasi informasi HIV/AIDS dan kepada masyarakat yang terjangkit'.

Pertama, penularan HIV/AIDS tidak terjadi kepada komunitas atau kelompok serta masyarakat tapi para individu yaitu orang per orang terkait langsung dengan perilaku seksual, dan

Kedua, sosialisasi bukan kepada orang yang terjangkit HIV/AIDS karena mereka sudah menerima penjelasan sebelum dan sesudah tes HIV.

Ada lagi pernyataan 'Dia (Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah --pen.) berharap segera melaporkan diri untuk didata dinas terkait'. Ini juga menunjukkan pemahaman terhadap HIV/AIDS yang sangat rendah karena orang-orang yang terdeteksi HIV/AIDS melalui tes HIV di klinik-klinik, Puskesmas dan rumah sakit yang menerapkan asas VCT (tes HIV sukarela dengan konseling) sudah otomatis terdata di dinas kesehatan dan KPA.

Yang jadi masalah besar pada epidemi HIV/AIDS adalah orang-orang yang sudah tertular HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi. Warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi terjadi karena tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan. Tapi, mereka bisa menularkan HIV/AIDS. Mereka inilah yang jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.

Celakanya, pemerintah tidak mempunyai program yang komprehensif untuk mendeteksi warga yang mengidap HIV/AIDS di masyarakat. Akibatnya, penyebaran HIV/AIDS terus terjadi tanpa disadari oleh warga yang menularkan dan yang tertular.

Disebutkan pula oleh Wakil Gubernur Sumut ".... Penting kita lakukan adalah bagaimana orang yang terjangkit mau melaporkan diri, supaya bisa didata. Diberi informasi dan pengobatan." Orang-orang yang jalani tes HIV sukarela di Klinik VCT otomatis sudah terdata dan ditangani pada pasca tes HIV.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun