Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Jakarta, Bukan karena Praktik Lesbian dan Homoseksual

7 Maret 2018   21:40 Diperbarui: 7 Maret 2018   21:50 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: fakt.pl)

"Penderita HIV/AIDS di Jakarta ditengarai semakin banyak. Bila praktik lesbian dan homoseksual tidak diberantas kemungkinan Jakarta bisa darurat penyebaran penyakit berbahaya itu." Ini lead pada berita "Ada 45.758 Penderita. Jakarta Peringkat Tertinggi Warganya Menderita HIV/AIDS di Indonesia" (poskotanews.com, 2/3-2018),

Dalam berita disebutkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sejak tahun 2009 hingga saat ini ada sekitar 45.758 warta DKI Jakarta yang mengidap HIV/AIDS. Sedangkan Laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, 24 Mei 2017, menyebutkan sampai tanggal 31 Maret 2017 kasus kumulatif HIV/AIDS di Jakarta adalah 55.527 yang terdiri atas 46758 HIV dan 8769 AIDS. Jumlah ini menempatkan DKI Jakarta pada peringkat pertama jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS secara nasional.

Wartawan atau redaktur yang membuat lead berita ini sudah memakai moralitas dirinya sendiri dalam membuat pernyataan.

Pertama, kasus HIV/AIDS di Jakarta tidak semua terdeteksi pada warga DKI Jakarta terutama di awal-awal epidemi karena di daerah tidak ada fasilitas tes, perawatan dan dukungan (LSM). Akibatnya, banyak warga dari daerah, bahkan dari luar negeri yang tes di Jakarta dan memilih gabung dengan LSM peduli AIDS.

Kedua, yang bisa dijadikan patokan adalah kasus AIDS karena ini sudah terbukti sebagai pengidap HIV. Sedangkan kasus HIV-positif tidak semua akurata karena ada kasus dari survailans tes HIV dan skirining darah donor di PMI yang tidak dikonfirmasi dengan tes lain.

Ketiga, sampai hari ini belum ada kasus HIV/AIDS dengan faktor risiko lesbian (perempuan homoseksual yaitu hanya tertarik secara seksual kepada perempuan juga). Maka, pernyataan pada lead berita ini jelas ngawur bin ngaco karena menyebut praktik lesbian sebagai penyebab kasus HIV/AIDS di Jakarta bertambah.

Keempat, kalau homoseksual yang dimaksud di lead berita itu adalah laki-laki gay (laki-laki yang secara seksual tertarik kepada laki-laki), maka kasus HIV/AIDS pada gay ada di terminal terakhir karena mereka tidak mempunyai pasangan perempuan.

Kelima, penyebaran HIV di masyarakat Jakarta justru dilakukan oleh laki-laki heteroseksual (laki-laki yang secara seksual tertarik kepada perempuan) dan biseksual (laki-laki yang tertarik secara seksual kepada perempuan dan laki-laki).

Laki-laki heteroseksual dan biseksual berisiko tertular HIV jika sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, disebut perilaku berisko, yakni:

(a). dengan perempuan yang berganti-ganti di Jakarta, di luar Jakarta dan di luar negeri, dan

(b) dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, yaitu pekerja seks komersial (PSK). PSK sendiri dikenal ada dua jenis, yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun