Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjemput PSK di Denpasar untuk Memutus Mata Rantai Penyebaran Penyakit

5 Oktober 2010   11:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:42 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kantor Yayasan Kerti Praja di Jalan Raya Sesetan, Denpasar, tak ubahnya seperti perkantoran megah. Tapi, salah satu ruangan di lantai satu menjadi tujuan pekerja seks komersial (PSK). Di ruangan itulah mereka mendapatkan pelayanan kesehatan, mulai dari pemeriksaan, pengobatan dan konseling.

Kegiatan yang dikembangkan Prof. Dr. DN Wirawan, ketua yayasan, ini merupakan salah satu usaha untuk melindungi masyarakat karena PSK yang datang ke yayasan dibekali dengan pengetahuan tentang IMS (infeksi menular seksual yaitu penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, seperti GO, sifilis, klamidia, hepatitis B, dll.) dan HIV/AIDS, terutama cara-cara pencegahannya dengan kondom.

“Ah, mau kontrol, aja,” kata Ita, bukan nama sebenarnya, seorang PSK asal Jawa Timur, sambil berusaha menutupi cupang yang berwarna kehitam-hitaman di lehernya dengan rambutnya. Ita mengaku baru pulang dari kampungnya. Ita datang untuk berobat. Medical record semua PSK yang menjadi kelompok dampingan disimpan di rak.

Berkat dampingan yang konsisten banyak PSK yang datang sendiri ke poliklinik. Ada yang memang ingin berobat, kontrol atau konsultasi. Untuk meningkatkan kesadaran PSK yayasan juga menjalin kerja sama dengan ‘induk semang’ PSK itu. Kerja sama merupakan salah satu cara agar PSK diizinkan dibawa ke poliklinik untuk kontrol dan konseling.

Sebuah taksi masuk ke halaman yayasan. Empat perempuan dan seorang laki-laki turun dari taksi. Mereka langsung menuju poliklinik. “Kita menjemput mereka,” kata Dewa, petugas lapangan, yang menjemput PSK tadi. Biasanya setelah dijemput satu atau dua kali selanjutnya mereka pun akan datang sendiri ke poliklinik.

Setelah kontrol dan konseling mereka ditawari kondom “Sutra” sebagai upaya untuk melindungi diri. Pendekatan ini mendorong PSK untuk membeli “Sutra” di poliklinik.

Tapi, seperti yang dikatakan seorang PSK selalu saja ada yang menolak memakai kondom. Terutama laki-laki lokal. “Kalau orang Jepang atau Korea malah memakai kondom dua lapis,” kata salah seorang PSK yang baru selesai menjalani pemeriksaan.

Untunglah yayasan sudah menjalin kerja sama dengan mucikari sehingga kalau ada PSK yangmenolak tamu yang tidak mau memakai kondom mucikari tidak marah. Berkat penyuluhan yang tidak kenal lelah kian banyak PSK yang sudah berani menolak tamu jika tamu tidak mau memakai kondom. “Daripada celaka,” kata Tini, bukan nama sebenarnya, seorang PSK juga asal Jawa Timur.

PSK yang menjadi kelompok dampingan yayasan sudah memahami IMS dan HIV/AIDS sehingga mereka mempunyai posisi tawar yang kuat.

Ada juga mucikari yang sudah memikirkan ‘nasib’ PSK asuhannya dengan menyediakan kondom.Tidak mengherankan kalau kemudian ada mucikari yang membeli kondom ke klinik. Kadang-kadang ada pula suruhan PSK atau mucikari yang membeli kondom. Hal itu menunjukkan tingkat pemahaman PSK terhadap keamanan sudah tinggi.

Persoalan yang muncul kemudian adalah PSK silih berganti sehingga yayasan mulai lagi dari nol. Karena menyangkut keselamatan rakyat banyak maka yayasan pun tidak mengenal lelah dalam memasyarakatkan ‘seks aman’ dengan memakai kondom pada hubungan seks yang berisiko. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun