Mohon tunggu...
Fajar Azay
Fajar Azay Mohon Tunggu... -

cari tahu tentang saya di http://infoana.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sejarah Poster Pada Selembar Poster Pada Ruan Demokrasi

28 Mei 2017   13:37 Diperbarui: 20 September 2017   10:21 1491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

STEVEN Heller, editor AIGA Journal of Graphic Design, pernah mengemukakan kekagumannya dapat kehebatan selembar poster. Bukan sembarang poster. Ini karya maestro seni poster Polandia, Tadeusz Trepkowski. Poster ini menampilkan siluet bom atom melayang bersama dengan latar biru langit dan di dalam siluet itu nampak reruntuhan Kota Warsawa yang muram. Agak ke pojok kanan bawah tertulis: NIE! (Tidak!). Steven Heller menulis:

"(Poster ini) bersama dengan caranya sendiri berhasil menghadirkan horor Perang Dunia II setara bersama dengan kebekuan yang datang dari foto-foto tentang hal yang sama yang dimuat di majalah Life atau majalah lainnya di Amerika... (Poster ini) bukan sekadar uraian sikap antiperang, tetapi terhitung testamen tentang seni-seni poster-dan energi penyelamatan (umat manusia) yang bisa diembannya."

Sekarang ini wajar di terima bahwa poster adalah sejenis kerja kreatif seni rupa yang berkait bersama dengan kesibukan propaganda atau kampanye masalah-masalah sosial-politik. Hal ini paham terlihat dari poster-poster yang tampil di dalam dua pameran poster, yang membawa dampak kajian ringkas tentang sejarah poster di dalam esai ini. Yang pertama, Pameran Poster "Melihat Indonesia Damai" yang menampilkan karya-karya perancang grafis dari Forum Desainer Grafis Indonesia (FDGI, Bentara Budaya Jakarta, 6-14 Juni 2003).

Kedua, Pameran Contoh Poster "Menyerang Kekerasan Kaum-Kanan" (Goethe Institut, Jakarta, 16 Juli-7 Agustus 2003), menampilkan poster-poster karya mahasiswa bermacam perguruan tinggi di Jerman, hasil seleksi dari kompetisi yang diadakan oleh Alliance Graphique Internationale (AGI). Poster-poster yang tampil di dalam ke-2 pameran ini bisa menjadi titik berangkat untuk menyelidiki perkembangan peran dan fungsi "sosial-politik " poster, peran yang tidak dan juga merta saja melekat dan datang di tiap-tiap lembar poster.

Mengkaji sejarah perkembangan poster-khususnya di Eropa dan Amerika Serikat, tempat munculnya seni poster moderen sejak akhir abad 19-akan bisa memberi tambahan pemahaman tentang area sosial tempat tumbuhnya seni poster. Kemudian, minimal bisa dipahami terhitung mengapa seni poster tak pernah terlampau berkembang beriringan bersama dengan seni rupa moderen atau kontemporer di Indonesia.

Belle Epoque, Poster dan Kota

Adalah Perancis, khususnya Kota Paris, di akhir abad 19 sampai lebih dari satu dekade awal abad 20, yang menjadi pusat perkembangan poster modern. Penulis Perancis Guillaume Apollinaire menggambarkan interaksi bermacam style publikasi moderen dan kehidupan Kota Paris jaman itu: "Katalog, poster, dan bermacam pamflet iklan... . Percayalah pada saya, seluruh ini adalah puisi zaman (modern) kita." Seni(man) poster terlampau mendapat peran penting di dalam dinamika kehidupan kota di jaman itu.

Awalnya, ini dipicu oleh perkembangan tehnik cetak warna litografi yang sudah berkembang sejak abad 18. Seniman cetak grafis Jules Cheret bersama dengan litografi multiwarnanya menghidupkan gairah seniman sezamannya untuk menjelajahi barangkali baru di dalam seni poster. Pamflet dan poster sebelum inovasi Cheret biasanya cuma berukuran kecil dan dipenuhi teks. Cheret membuat perubahan seluruh itu: poster menjadi terlampau pictorial, didominasi gambar lukisan dan teks menjadi menciut porsinya. Tapi, pasti saja tersedia gerak sosio-ekonomi, aspek yang lebih mendasar, yang turut mendorong perkembangan seni poster ini.

Sejak akhir abad ke-19, industrialisasi membawa dampak memproduksi barang-barang konsumsi, tempat berpijak jasa periklanan modern. Kehidupan kota, yang tumbuh menjadi pusat kesibukan modernisasi, dipenuhi acara hiburan bagi kelas menengah baru, sedia kan pentas luas terhitung bagi seni(man) poster. Melalui karya-karya Henri de Toulouse-Lautrec, seni poster turut mengisi khazanah perkembangan seni rupa moderen Barat sampai paruh awal abad ke-20. Poster karyanya untuk panggung hiburan Moulin Rougê' (1898) bersama dengan stilisasi sosok gemulai artis Jane Avril, bersama dengan warna cerah di dalam bidang-bidang lebar, diakui berikan pembaruan pada poster: masuknya cita rasa artistik seni rupa moderen ke di dalam bidang komunikasi massa dan niaga.

Sampai awal abad ke-20, ToulouseÂ-Lautrec dan rekan-rekan segenerasinya membanjiri kota-kota penting Eropa bersama dengan poster bercorak Art Nouveau. Sebagian besar seniman poster terkemuka dari jaman serba indah ini, Belle Epoque, hidup dan berkarya di Paris, melahirkan bermacam varian Art Nouveau yang memperkaya corak seni rupa moderen Barat. Seni poster ini menyebar ke seluruh Eropa, lebih-lebih sampai ke Amerika Serikat dan datang di baris depan budaya masyarakat urban.

Di Perancis, adalah cafe dan dunia hiburan, lengkap bersama dengan product rokok dan alkoholnya, menjadi pihak pemesan poster yang paling aktif. Di Italia, peran ini diambil alih oleh grup opera dan industri fashion. Di Spanyol, pertunjukan adu banteng dan bermacam festival kota; di Belanda, dunia penerbitan sastra dan produsen alat-alat tempat tinggal tangga; di Jerman, bermacam pameran dagang dan majalah; di Inggris dan Amerika, bermacam penerbitan jurnal sastra dan pentas sirkus. Sebuah risalah menyebutkan bahwa tersedia masanya kala kota Paris, Milan, Berlin, Madrid, menjadi galeri seni yang panjang dan berliku di selama jalan-jalan rayanya. Atau, bayangkanlah sebuah kota yang meriah di akhir abad ke-19, layaknya Paris, bersama dengan bermacam koridor arkade yang begitu memukau perhatian Walter Benjamin itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun