Mohon tunggu...
Ineke Novianty Sinaga
Ineke Novianty Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relation

I am very passionate about writing! Melihat,membaca, menilai, menganalisa,menyindir, mentertawakan, menyukai, mengagumi, memperbaiki, mendukung.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Candu dan Fomo, Masalah Pengguna Media Sosial

9 Desember 2019   12:13 Diperbarui: 18 Oktober 2020   09:51 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir semua orang memiliki akun media sosial, terutama Instagram dan Facebook. Tidak salah jika kita berterima kasih pada penemu dan pengembang media sosial karena telah membantu kita terkoneksi dengan teman lama dan menambah teman baru dari berbagai belahan dunia.

Media sosial pun telah membantu banyak orang untuk mendapatkan penghasilan termasuk juga dimanfaatkan oleh dunia bisnis. Manfaat lainnya adalah mudah dan cepatnya kita mendapatkan informasi tentang apa saja dan siapa saja. Manfaat ini terutama sangat dirasakan oleh generasi milenial. Media sosial begitu dekat dengan kehidupan dan aktivitas mereka. Sayangnya, tidak semua orang berhasil menggunakan media sosial sesuai fungsinya.

Masalah yang sering terjadi pada pengguna media sosial adalah kecanduan media sosial dan takut ketinggalan informasi atau trennya disebut FOMO (Fear of Missing Out).

Pertama, mari garis bawahi kata candu. Mulanya mungkin menggunakan media sosial dengan niat benar, seperti berjejaring atau berbisnis, tetapi
kenyataannya tidak setiap hari juga kita membuka media sosial untuk kepentingan tersebut. Alasannya bisa jadi sekadar mengisi waktu, tidak bisa tidur, atau sekadar suka melihat content yang berseliweran di linimasa media sosial. 

Intinya, dari sekadar iseng jika terus dibiarkan dapat berkembang menjadi kebiasaan lalu ingin selalu mengecek media sosial.

Kita perlu waspada jika sampai merasa sangat penting untuk selalu update status, merespon status orang lain, bolak-balik mengecek apakah ada yang merespon status kita, atau apakah ada follower baru. 

Bisa jadi, bagi sebagian orang merasa biasa saja jika tidak mendapatkan like atau tidak terlalu peduli dengan jumlah follower, tetapi sebagian lagi memiliki obsesi berlebihan pada like, love, atau comment.

Kebiasaan lain menggunakan media sosial yang berpotensi mengganggu kesehatan jiwa adalah ada keinginan selalu terlihat paling update tentang masalah atau aktivitas yang sedang tren. Rasanya akan terlihat keren kalau kita paling update soal artis, selebgram, atau fashionista terkenal, seperti ke mana mereka berlibur, jenis dan harga barang mahal apa yang mereka gunakan, makanan yang populer di kalangan selebriti, dan lain sebagainya. 

Jika Anda bangga karena dianggap paling tahu dan cemas jika ketinggalan informasi serta merasa kesal jika orang lain lebih tahu di media sosial, bisa jadi terkena sindrom FOMO.

Sebelum jadi candu dan terkena sindromFOMO, mari cek dan evaluasi diri tentang kebiasaan berselancar di media sosial. Daripada terkena sindrom ini akan lebih baik kita lakukan pengendalian diri, seperti membatasi waktu mengakses media sosial dan cobalah membiasakan untuk berkomunikasi secara langsung. 

Hal lainnya adalah tidak menggunakan atau meletakkan ponsel di dekat tempat tidur, membaca informasi hanya yang bermanfaat, dan tentu saja lebih baik fokuskan diri pada pekerjaan dan cita-cita Anda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun