Mohon tunggu...
Andi Widiyanto
Andi Widiyanto Mohon Tunggu... Dosen, peneliti

menyukai teknologi informasi, teknologi baru, & energi terbarukan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Keterbatasan Menuju Cumlaude: Cerita Mahasiswa Difabel Teknologi Informasi (D3) UNIMMA

7 Agustus 2025   13:58 Diperbarui: 7 Agustus 2025   15:07 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fahrizal sedang mengerjakan proyek pemrograman (Sumber: tekinfo.teknik.unimma.ac.id)

saya dekati mahasiswa berkacamata itu, coba ajak ngobrol. setiap saya tanya dia jawab dengan menunjukkan layar HP nya.

“Kuliah itu berat, apalagi bagi saya yang difabel. Tapi bukan berarti tidak bisa,” tulisan yang muncul di layar HP Fahrizal Bagas Rizky Prabowo, mahasiswa semester 4 Program Studi D3 Teknologi Informasi Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), saat saya temui di sela-sela kesibukannya mengerjakan proyek pemrograman.

Tulisan itu sederhana, tapi menyimpan kekuatan luar biasa. Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, Fahrizal justru melesat menjadi salah satu mahasiswa berprestasi dengan IP Kumulatif 3,6 semester ini. Jika stabil hingga akhir masa studi, ia akan menorehkan sejarah: menjadi mahasiswa difabel pertama di UNIMMA yang lulus dengan predikat cumlaude.

UNIMMA Ramah Difabel: Bukan Sekadar Slogan

Banyak kampus berbicara soal inklusi, tapi tidak semua benar-benar menyiapkan ruang yang aman dan ramah bagi penyandang disabilitas. UNIMMA, melalui Program Studi D3 Teknologi Informasi, mencoba menepis stigma itu.

Dari akses fisik yang inklusif, kebijakan akademik yang adaptif, hingga sikap dosen yang suportif, semua menjadi bukti bahwa kampus ini sungguh-sungguh hadir untuk semua kalangan.

“Kami tidak memberikan perlakuan khusus, tapi kami memastikan semua mahasiswa punya akses yang sama untuk belajar,” ujar R. Arry Widyanto selaku Kaprodi Teknologi Informasi (D3).

Coding dan Mimpi yang Tidak Pernah Mati

Fahrizal tak ingin hanya dikenang karena IPK-nya. Ia aktif mengikuti pelatihan digital, pengembangan aplikasi, dan turut membangun komunitas kecil penggemar teknologi di lingkungannya. Dalam keterbatasannya, Fahrizal belajar menyalakan api semangat, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga bagi orang-orang di sekitarnya.

“Kalau saya menyerah di awal, saya tidak akan pernah tahu sejauh apa saya bisa melangkah,” ungkapnya dengan menyentuh layar HP lalu menyodorkan ke saya.

Lebih dari Sekadar Cerita Inspiratif

Kisah Fahrizal bukan untuk membuat kita bertepuk tangan lalu lupa. Tapi untuk diingat, bahwa inklusi bukanlah belas kasihan, melainkan keadilan yang harus diberikan. Ia adalah cermin bahwa mahasiswa difabel bukan hanya bisa bertahan, tapi juga bisa bersinar.

Kampus seperti UNIMMA bukan hanya sedang membangun gedung 12 lantai dan fasilitasnya, tapi juga harapan.

Dan Fahrizal? Ia bukan sekadar mahasiswa. Ia adalah bukti hidup bahwa teknologi bisa menjangkau semua orang, termasuk mereka yang sering diabaikan oleh sistem.

Selamat berproses, Fahrizal. Kami menunggu hari wisudamu ... dengan toga, senyum, dan predikat cumlaude yang layak kau raih.

tekinfo.teknik.unimma.ac.id

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun