Mohon tunggu...
Indriyani Fathonah MS
Indriyani Fathonah MS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Hallo, perkenalkan saya Indriyani Fathonah MS, mahasiswa aktif jurusan Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Palestina-Israel: Dampak Boikot Produk Pro-Israel Terhadap Perekonomian Israel Maupun Nasional

19 Januari 2024   10:06 Diperbarui: 19 Januari 2024   10:06 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://x.com/sarahmashumah/status/1747276021907275870?s=46&t=Wr-n4PhzPt4oOr7ELTi7PA

Konflik berdarah Palestina-Israel kembali memuncak di tanggal 07 Oktober 2023. Hal ini dimulai dengan serbuan Hamas yang melancarkan invasi terhadap Israel dan di respon Israel dengan pembantaian besar-besaran kepada warga sipil di Gaza. Israel diduga telah melakukan genoside dan merupakan pelanggar HAM terberat serta melanggar peraturan hukum perang yang di atur oleh PBB, seperti merusak fasilitas umum serta membunuh para wanita dan anak kecil. Israel di kecam oleh dunia internasional atas perbuatannya terhadap Palestina. Kecaman ini barengi dengan seruan boikot produk yang terafiliasi dengan Israel.


Negara Amerika Serika yang diduga menjadi penyuplai kebutuhan perang untuk membantu pasukan militer Israel dalam menyerang Palestina menjadi sasaran empuk masyarakat internasional. Banyak perusahaan milik Amerika yang menjadi sasaran boikot karena diduga menyuplai bantuan dana dan menunjukkan dukungannya kepada Israel secara terang-terangan. Oleh sebab itu, masyarakat gencar menyuarakan pemboikotan terhadap produk yang diduga mendukung pihak Israel. Beberapa perusahaan yang menjadi sasaran boikot mulai merasa terancam. Dampak pemboikotan ini membuat sejumlah perusahaan mengalami pengurangan konsumen.

Berdasarkan laporan Al Jazeera pada tahun 2018 mengungkapkan bahwa gerakan boikot dapat berpotensi menimbulkan kerugian mencapai US$ 11,5 miliar atau sekitar Rp.180.48 triliun per tahun bagi Israel. Akan tetapi, beberapa kalangan menilai bahwa aksi boikot terhadap produk pro-Israel ini tidak berpengaruh besar bagi ekonomi nasional maupun perekonomian Israel sendiri. Ketidakberpengaruhnya aksi boikot terhadap Israel sendiri dikarenakan sebagian besar produk Israel merupakan barang "intermediate" atau produk tersembunyi yang digunakan dalam proses produksi barang di tempat lain, seperti semikonduktor.

"Sekitar 50% ekspor Israel adalah barang-barang yang tidak dapat digantikan, contohnya seperti chip komputer khusus," ujar Brooking Institution, melansir Al Jazeera, Selasa (14/11/2023).

Dampak dari aksi boikot produk yang pro terhadap Israel di Indonesia pun sudah terlihat. Beberapa instansi atau perusahaan yang awalnya pro terhadap Israel atau tidak menyuarakan dukungannya terhadap Palestina, mendapat kecaman dari masyarakat. Menurunnya pendapatan perusahaan akibat aksi boikot ini membuat beberapa perusahaan yang awal diam kini mulai membuka suara atas dukungannya terhadap Palestina. Tidak hanya itu saja, beberapa dari mereka juga menyumbangkan pendapatan perusahaannya untuk membantu mereka yang ada di Palestina.

Sejauh ini seruan boikot produk pro Israel tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan. Boikot produk pro Israel tidak terlalu memberikan kerugian yang fantastis. Menurut beberapa ahli, aksi boikot saat tidak sampai pada tahap pemecatan karyawan (PHK). Akan tetapi hingga saat ini pun aksi boikot pada produk yang pro terhadap Israel masih terus berlanjut guna mendorong berhentinya kejadian genoside yang terjadi di Palestina.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun