Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengatasi Iri Hati agar Hidup Enggak Merugi

17 Oktober 2018   08:00 Diperbarui: 9 November 2018   14:52 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iri merugi, Yuk be happy |pixabay.com

Banyak orang meragukan adanya pengaruh positif rasa iri dalam kehidupan kita. Nyatanya, sebagian besar dari kita justru bisa mengenali dengan mudah efek-efek buruk rasa iri hati itu, antara lain:

  • Iri hati cenderung menumbuhkan rasa ketidakpuasan dan kesulitan,
    Iri hati membelenggu kebebasan,
    Perasaan ini memicu kebencian dan kepahitan,
    Iri hati membuat kita melakukan hal-hal yang biasanya tidak akan kita perbuat,
    Iri hati bisa berujung pada depresi.

Tidak dipungkiri, emosi-emosi negatif yang ditimbulkan oleh rasa iri dan kecemburuan bisa menerpa siapa saja dalam suatu momen kehidupan. Inilah pergulatan yang terus-menerus yang merongrong jiwa dan hati manusia. 

Seseorang merasa iri terhadap orang lain, misalnya saja dalam hal penampilan; suatu relasi/ hubungan antar teman atau anggota keluarga; bakat dan kemampuan orang lain; juga kekayaannya. Walaupun tidak ada satupun hal positif yang diberikan oleh rasa iri, tetap saja terkadang kita mengalami iri hati, namanya juga manusia.

Siapa sih, yang ingin hidup dalam kepahitan sebagai akibat rasa iri terhadap orang lain? Mencoba merenungkannya, mungkin ada beberapa hal untuk mengatasi hal ini. Kiat berikut ini, siapa tahu bisa membantu.

1. Usahakan mengarahkan fokus perhatian pada hal-hal yang baik dalam hidup kita. Salah satu alasan terbesar kita iri pada orang lain adalah karena kita mulai menganggap bahwa semua yang kita dapatkan, adalah karena itu hak kita, yang dengan sendirinya pasti kita dapatkan. 

Bila kita menyadari bahwa tidak semua hal bisa kita anggap sebagai hak yang begitu saja kita peroleh tanpa adanya usaha, atau kebaikan dari orang lain, bahkan dari Sang Maha Pencipta, yuk, kita renungkan kembali. 

Ini bisa dari hal paling sepele, sampai hal yang mendasar maupun yang besar. Sebut saja misalnya, kamu berbakat. Kamu memiliki banyak keistimewaan. Kamu unik. Kamu disayang oleh banyak orang, pun dalam hal perhatian. 

Ingat saja, hidupmu terlalu berharga untuk dimaksudkan agar menjadi seperti kehidupan orang lain yang kamu anggap "lebih baik" dalam banyak hal. Ujung-ujungnya, mari belajar bersyukur. Setiap kali ada secuil iri, ingatkan diri untuk mensyukuri apa yang kita terima. 

2. Ingatkan diri sendiri, tidak setiap orang memiliki segalanya. Tidak seorang pun punya segalanya. Membandingkan hidup kita dengan orang lain itu menjauhkan keberuntungan kita sendiri. 

Rasanya kita sering mendengar pepatah, rumput tetangga selalu tampak lebih hijau dan subur. Padahal setiap orang tentu punya permasalahan masing-masing. Setiap orang punya kelebihan, pun kekurangan masing-masing. Itu manusiawi. Tidak ada seorang pun yang sempurna hidupnya.

infografis: kompasiana
infografis: kompasiana
3. Jauhi atau hindari bergaul dengan orang-orang yang kebiasaannya menilai orang lain, padahal belum tentu penilaian itu benar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun