Sepak bola merupakan olahraga yang banyak diminati. Hampir seluruh dari lapisan masyarakat, sangat menggandrungi olahraga ini. Olahraga yang menjadi sarana hiburan akhir pekan menyenangkan bareng keluarga dan kolega.  Tapi tahukah kamu, pertandingan sepak bola, antara dua klub yang bertarung di lapangan hijau ini. Terdapat pertarungan yang lebih dari sekadar permainan sepak bola, bukan cuma soal adu taktik dan  skill, namun juga terselip sejarah panjang yang melibatkan politik, identitas dan perjuangan. Pertandingan antara Barcelona dan Real Madrid, dua klub raksasa asal Spanyol yang akrab dengan sebutan El Classico: pertandingan yang bukan sekadar bermain di lapangan, tapi juga tentang simbol perjuangan dan perlawanan.Â
Akar Sejarah: Catalonia vs Kerajaan Spanyol
Untuk mengetahui rivalitas abadi ini, kita mesti menyusuri lorong waktu.  Catalonia pertama kali menjadi bagian dari Hispania Romana, dengan pusat kekuasaan di Tarraco (Tarragona). Setelah jatuhnya Romawi, wilayah ini dikuasai Visigoth dan kemudian menjadi wilayah penyangga (Spanish March) di bawah kekaisaran Franka. Wilayah-wilayah seperti Country of Barcelona mulai menonjol pada akhir abad ke-9 saat Count Wilfred 'the Hairy' menyatukan wilayah sekitar Barcelona dan mendirikan garis dinasti yang mandiri. Melalui proses sejarah yang panjang, Catalonia mempunyai bahasa dan budayanya sendiri, karena itu mereka merasa berbeda dari Spanyol.
Zaman modern membawa perubahan. Sejak pertengahan abad ke-19, Catalonia menjadi pusat industrialisasi. Tekstil menjadi sektor ujung tombak ekonomi spanyol kala itu. Wilayah Catalan menjadi salah satu penghasil pajak terbesar bagi pemerintah pusat. Namun, Â masyarakat di sini merasa tidak mendapat imbalan yang sepadan dengan apa yang sudah diberikan. Â Ketegangan pun terasa, masyarakat catalan pun menganggap pemerintah pusat menjajah catalonia secara ekonomi dan budaya.
Perang Saudara dan Era Franco
Perang saudara yang pecah pada tahun (1936-1939) membawa bencana besar bagi Catalan. Setelah jatuhnya republik, rezim Franco naik tahta dan menindas masyarakat catalan secara sistematis. Â Bahasa Catalan dilarang, budaya lokal dikontrol, dan kebebasan sipil dikebiri. Di tengah represi itu, satu-satunya ruang publik yang relatif aman buat menyuarakan identitas Catalan yaitu di stadion Camp Nou.
Fc Barcelona, klub yang dibentuk pada 29 November 1899, didirikan oleh seorang pengusaha asal Swiss yang bernama Hans Gamper atau lebih dikenal sebagai Joan Gamper. Fc Barcelona hadir menjadi bukan hanya sekadar klub bola. Melainkan juga menjadi simbol perlawanan dan identitas budaya Catalonia. Klub yang mempunyai motto " Mes Que Un Club" (lebih dari sekadar klub) bukan hanya slogan belaka, tetapi menjadi representasi atas rasa kebanggaan dan identitas masyarakat Catalan.
Sementara itu, ketika Jenderal Franco masih berada di singgasana kekuasaan, Real Madrid menjadi klub yang sangat difasilitasi oleh rezim. Â Banyak yang percaya bahwa klub ini ingin dijadikan sebagai representasi dari Spanyol. Â Saat bahasa Catalan dilarang, budayanya ditekan habis-habisan. Di titik ini lah, rivalitas dua klub raksasa ini bukan lagi sekadar persaingan sepak bola. Dua klub ini menjadi simbol pertarungan antara penindas dan yang ditindas, antara kekuasaan dan perjuangan.
Salah satu momen paling kontroversi adalah soal kasus transfer Alfredo Di Stefano pada tahun 1953. Penyerang asal Argentina ini awalnya sudah hampir bergabung dengan barcelona, namun entah kenapa, secara mengejutkan dia tiba-tiba berlabuh ke real madrid. Banyak yang beranggapan, jika semua ini adalah intervensi politik. Ada tekanan dari kekuasaan yang menyebabkan membelotnya Stefano ke real madrid. Sejak kedatangannya, Real madrid begitu mendominasi sepak bola Spanyol dan di kancah Eropa.
Perlawanan dari Lapangan
Di tengah kediktatoran rezim Franco, semangat api perjuangan semakin menyala. Simbol perlawanan yang amat terasa kuatnya, ketika momen  arcelona berhasil mengalahkan Real Madrid dengan skor 5-0 di Bernabeu tahun 1974. Saat masyarakat Catalan sedang frustasi karena represi politik, kemenangan ini semacam balas dendam secara simbolik. Mereka mungkin tidak bisa melawan rezim Franco di parlemen, namun bisa menyuarakan perjuangannya dari lapangan hijau.