Kemarin saya mendapatkan kabar duka, seorang rekan kerja di kantor baru saja mengalami musibah dimana dirinya mengalami keguguran. Padahal usia kandungan masuk 8 bulan dan hitungan hari akan cuti melahirkan.Â
Saya dan teman-teman di kantor ikut merasakan kesedihan terhadap musibah ini. Rekan kerja saya ini adalah pengantin baru belum genap setahun namun sudah diberi rezeki langsung hamil setelah menikah.Â
Setiap saat dirinya membagikan momen kebahagian ketika baru diberitakan hamil, menjalani proses kehamilan hingga masa-masa persiapan melahirkan bersama suami.Â
Takdir berkata lain, kemarin rekan kerja saya ini membagikan postingan suami menggendong jenazah si anak untuk dimakamkan dimana si ibu masih harus terbaring di rumah sakit. Artinya rekan saya tidak bisa melihat langsung pemakaman anak dan melihat wajahnya untuk terakhir kali.Â
Senior saya yang juga seorang wanita bahkan menangis ketika mengetahui kabar ini. Dirinya merasakan bagaimana beratnya bekerja dalam kondisi hamil besar. Risiko semakin meningkat jika ternyata si ibu memiliki penyakit bawaan atau kondisi kehamilan lemah.Â
Dulu senior saya harus berjuang ketika tiba-tiba muncul komplikasi kehamilan saat tengah bekerja dan nyaris merenggut nyawa bayi dalam kandungan. Bersyukurlah bayi masih bisa diselamatkan meski harus lahir prematur dengan metode bedah caesar.Â
Ironisnya masih ada manajemen perusahaan yang kurang peka serta mengabaikan perlindungan terhadap keselamatan ibu hamil di lingkungan kerja.
Kejadian terbaru ketika Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta melakukan sidak PPKM Jawa-Bali ke berbagai kantor di wilayahnya. Ditemukan ada karyawan hamil yang tetap diminta kerja padahal kasus Covid-19 tengah tinggi di ibu kota.
Perusahaan seakan mengabaikan keselamatan karyawan hamil. Ketika ibu hamil dipaksa bekerja di situasi pandemi tentu jika terpapar virus Covid-19 akan membahayakan ibu dan anak dalam kandungan (berita dapat diklik disini).Â