Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Koran, Rinduku Setinggi Gunung

11 Januari 2021   10:17 Diperbarui: 11 Januari 2021   12:29 1683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika pembaca Kompasiana dulu adalah orang yang berlangganan koran atau majalah pasti pernah merasakan momen loper koran berteriak koran...koran... sambil melemparkan koran ke pekarangan rumah atau diantar langsung ke rumah. Ini adalah salah satu kenangan yang tidak terlupakan.

Saya ingat betul setiap pagi ada loper koran ke rumah untuk mengantarkan koran. Ayah saya dulu memang langganan koran Kompas sehingga setiap pagi akan ada loper koran yang mengantarkan ke rumah. 

Tidak hanya itu setiap Kamis menjadi hari yang paling bahagia karena ada majalah Bobo selalu diantar ke rumah. Dulu memiliki majalah ini terasa senang sekali karena banyak cerita dan informasi yang menarik dan tentu saja kadang terhadap selip hadiah di dalam majalah.

Loper  koran telah profesi yang digeluti oleh sebagian orang. Tugas mereka mengantarkan koran kepada pelanggan baik dengan berjalan kaki, menggunakan sepeda ontel ataupun motor bagi yang membawa pesanan dalam jumlah banyak.

Di perempatan lampu merah sering saya lihat mulai anak kecil hingga orang dewasa yang  menawarkan koran kepada pengendara.

Tidak heran pekerjaan sebagai loper koran telah menjadi tumpuan ekonomi sebagian orang. Ada banyak kisah yang sering saya dengar seperti seorang anak bisa mengumpulkan uang jajan atau membayar uang sekolah dengan menjual koran sebelum berangkat atau sepulang sekolah. Ada juga seorang ayah yang mampu membiayai kebutuhan rumah tangga dengan menjadi loper koran.

Selain itu dulu masih banyak terlihat agen koran di pinggir jalan. Mereka menjual  berbagai koran nasional, lokal, majalan hingga tabloid. Namun kini selama saya bekerja, hampir tidak terlihat lagi agen koran di pinggir jalan. Fenomena yang sangat kontras dibandingkan dulu masih di tahun 1990an.

Koran dan Majalah sebagai Sumber Hiburan

Dulu semasih kecil, saya adalah tipe yang membuka koran langsung mencari jadwal acara televisi. Saya mau melihat apakah serial favorite saya seperti film vampir/drakula ada  di tayangkan di salah satu TV Nasional kemudian melihat acara kartun apa saja yang tayang pada hari itu. 

Jangan kaget melihat ekspresi orang tua yang langsung tahu jika koran yang baru datang sudah dalam kondisi kusut dan tidak tertata lagi. Maklum namanya juga anak kecil jadi cuma bisa buat berantakan dan malas merapihkan lagi.

Mama saya juga setiap hari minggu selalu mencari rubrik Teka Teki Silang (TTS) dan mencoba mengisi setiap pertanyaan. Kadang jika sudah terisi semua, mama selalu mengirimkan TTS tersebut berharap mendapat hadiah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun