Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Papua dalam Sangkar Pasifik

5 September 2019   05:58 Diperbarui: 6 September 2019   05:11 1707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan mudah goyah, apalagi lengah. Walau tidak memiliki sekutu tradisional, tapi berada dalam khazanah peradaban yang dalam era prakolonial kapitalis sudah mampu bersaing, bahkan unggul dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan besar yang pernah berdiri di China atau India. Baik di masa Hindu, Budha, apalagi Islam, ratusan kerajaan itu sudah mencapai kejayaan, keamanan, kesejahteraan, hingga perjamuan atas ilmu pengetahuan yang masuk ke bilik-bilik raja dan sultan.

Para raja dan sultan yang didampingi para penulis, bahkan langsung menjadi penulis otentik, dari ribuan naskah kuno yang tinggal digali. Indonesia pun penyumbang dari sejumlah bentuk keajaiban dunia di kalangan umat manusia.

Kalau ada yang mengatakan menangani masalah Papua lebih penting dibandingkan dengan Ibukota Baru, berarti tidak bisa membedakan letak kakus dan teras di rumahnya sendiri. Kalau mereka merasa sebagai nahkoda pada pucuk pimpinan masing-masing organisasi, berarti tidak bisa membedakan mana haluan dan buritan di kapalnya sendiri.

Indonesia memang sedang melakukan operasi bedah caesar, yakni menata ulang letak jantung, paru-paru, otak, hingga jempol kaki dan bulu hidung. Pemindahan ibukota negara adalah bagian dari operasi cesar itu.

Ibukota Baru adalah permainan benteng yang langsung bergerak maju, mundur, kiri dan kanan dalam papan catur lingkungan Pasifik. Biarlah, toh ada banyak teknik dalam permainan catur ini. Pertahanan Sisilia, misalnya. Dengan mempelajari permainan lawan, tentu didapatkan juga rumus, jurus dan bahkan hingga pemain-pemain yang pernah memainkan hingga mengajarkannya di dunia.

Papua?

Taruhlah menuntut referendum, sebagaimana Catalunya melakukan di Spanyol. Atau Inggris yang sibuk dengan hasil jajak pendapat dan janji politik soal Brexit. Perancis yang bahkan hampir saja mengalami masa-masa Maximilien Robespierre di jalanan Kota Paris, hanya gara-gara kenaikan harga bahan bakar fosil. Taruhlah sampai sebatas itu. Atau batas yang lebih jauh lagi, sebagaimana "trauma" Timor Leste yang muncul kembali.

Walau tak bersetuju dengan itu, toh dalam de Pacifis sfeer, Papua, Timor Leste, Papua Nugini, Fiji, Vanuatu, Kepulauan Palau dan lain-lainnya itu -- bahkan Australia dan Selandia Baru -- adalah rangkaian dari gerbong yang sama!!!

Baik mereka yang ada di sana, atau di barisan sebelah sini: asal tetap menjaga silaturahmi rumpun Melanesia - Melayu yang damai berkali-kali lipat lebih lama dibandingkan fase krisis dan konflik dalam abad-abad yang lewat, sudah pasti saling bekerjasama di masa kini dan masa datang!!!

Tak mungkin pulau Papua tiba-tiba menggantung di langit, lalu berpindah menjadi bagian dari benua Afrika atau Amerika. Ya, bisa saja, tapi dalam bentuk sinematografi dan karya-karya generasi penulis komik yang baru. Dengan pahlawan-pahlawan super yang sedang ditunggu lahir dari limbah tailings tembaga, atau lewat nukilan tambo tanah Papua, sudah bisa mengakhiri era Panther dari tanah Wakanda.

Bukan seperti Papua yang kini ada dalam tribalisme Melanesia dan sama-sama suku bangsa Melayu sudah menjadi korban dari urat dan akar tunjang kapitalisme kolonial lama yang belum benar-benar dicabut dari bumi Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun