Mohon tunggu...
Indra Andrianto
Indra Andrianto Mohon Tunggu... Guru - #MerawatIngat

Penulis Buku Kumpulan Opini #MerawatIngat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cantiknya Mbak Saras Dewi hingga Petani Keren

15 Maret 2018   10:21 Diperbarui: 30 Oktober 2020   00:34 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama L.G saraswati Puteri di rumah Mahamima

Siapa yang tak kenal L.G Saraswati Puteri atau umum dikenal Saras Dewi sosok penyanyi sekaligus Dosen Filsafat di Universitas Indonesia. Tak hanya cantik dengan wajah periangnya namun kualitas wawasan, cara pandang intelektualnya juga begitu menarik untuk kita jadikan teladan sebagai mahluk yang mencintai ilmu pengetahuan. beberapa gagasannya sudah tertuang dalam sebuah karya-karya besarnya seperti karya Sastra kumpulan Puisi Jiwa Putih, buku berikutnya merupakan karya non-fiksi dengan judul Hak Asazi Manusia sedangkan buku selanjutnya ialah Bukan Cokelat dan tahun 2015 lalu kembali mbak saras sapaan hangatnya menerbitkan kembali sebuah karya buku berjudul Ekofenomenelogi serta puisi-puisinya yang tertuang dalam Kekasih Teluk. Jadi tak rugi jika kita khususnya sebagai insan akademis yang katanya agent of Change agar cuap-cuap bertukar pikiran dengan aktivis sekaligus penulis aktif seperti mbak saras dewi.

Dalam sebuah lingkar diskusi bertemakan Bincang Seru "Puisi dan Filsafat" bertepatan di Rumah Belajar Komunitas Mahima, mbak saras berbagi sebuah gagasan dari kemewahan idealismenya khususnya menyoroti keadaan lingkungan hidup saat ini yang mulai amburaduldengan membedah buku kumpulan puisinya tentang Kekasih teluk. 

Jika saya kutip dalam tulisan Wulan Dewi Saraswati (menyelami doa puisi-puisi saras dewi "kekasih teluk") mengatakan bahwa "puisi yang mengungkapkan kekecewaan dan harapan melalui dialog-dialog alam yang menjadi warna dan menghiasi kumpulan puisi kekasih teluk, karya tersebut sebagai bentuk perlawanan dan kekecewaan terhadap manusia yang mulai merusak dan tidak menghargai alam. Maka lewat puisi tersebut seakan-akan kita berdoa dan mengeluh.

Kita sepakati, bahwa alam punya pengaruh dalam kehidupan mahluk yang ada di Bumi baik bagi Binatang Tumbuhan terlebih pada manusia itu sendiri, seperti yang saya kutip dari bahasa filsuf ternama macam Aristoteles dalam tulisan Jostin Gardier "Bintang-bintang punya pengaruh terhadap kehidupan manusia?" dan juga "Manusia dibentuk oleh empat unsur : Tanah, Air, Api, dan Udara" jika dikaitkan dengan pernyataan ini tentu ia percaya bahwa alam memiliki penggerak utama yang menyebabkan pergerakan dan itu ada di luar alam semesta. 

Kumpulan Puisi Kekasih teluk merupakan sebuah penyampaian protes agar kita sesegera mungkin menyadarkan diri betapa pentingnya peran serta pengaruh alam bagi kehidupan manusia dan mahluk lainnya karena Semua mempunyai simbolis perasa bagaimana alam memberikan sebuah tempat yang nyaman jika diperlakukan dengan baik bah seorang kekasih yang kita cintai.

Manusia dewasa ini sering mengabaikan tentang keberadaan alam itu sendiri, kita lihat bagaimana reklamasi masih menjadi problem yang harus kita suarakan untuk kelestarian menjaga keharmonisan anatara alam dan manusia. Pernah mbak saras dewi berdialog dengan salah satu nelayan di teluk benoa bahwa seberapa pentingnya menjadi seorang nelayan dan arti keberadaan Teluk yang akan direklamasi karena sering mengalami pasang surut hingga tidak membawa sebuah manfaat bagi sekitar atau bahkan tak punya nilai ekonomis yang menguntungkan, namun disisi lain hati kecil seorang nelayan mengatakan bahwa "pekerjaan nelayan bukan sekedar profesi yang hanya untuk mengenyangkan perut keluarganya namun profesi tersebut merupakan peninggalan leluhur untuk tetap menjaga dan melestarikan pada alam itu sendiri, karena alam mampu memberikan kehidupan pada manusia dan mahluk lainnya". 

Jika para pemegang wewenang mengatakan dengan alibi bahwa kebijakan reklamasi harus dilakukan karena terlalu sering mengalami pasang-surut air laut maka kalimat Feed Back yang paling tepat adalah "Pasang-surut ibaratkan kita menarik udara dan menghembuskan udara dalam pernapasan yang menyehatkan badan itu sendiri sama halnya dengan pasang-surut pada teluk hal itu untuk menyehatkan alam itu sendiri apalagi jika benoa itu direklamasi disana masih ada bangau! Bagaimana nasibnya?".Orang bali mengenal trihita karana, dan semoga tidak hanya berupa sebuah kajian filosofis semata namun tindakan nyata mencintai alam dan tidak hanya sebatas bentuk simbolis yang tertera di spanduk-spanduk jalan raya namun perlakukan alam seperti ibu bagi kita. Seperti kutipan puisi mbak saras dewi dalam kekasih teluk.

Aku tidak mau manusia menang

Dalam perkelahian tidak seimbang dengan alam

Sebab bila mereka menang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun