Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Belajar Menembus Batas Lewat Karya Endank Soekamti

29 September 2018   11:42 Diperbarui: 29 September 2018   11:44 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku Aku Kamtis | gramedia.com

Endank Soekamti, band apa ini? Aneh. Begitu pernyataan saya saat mendengar lagu Pejantan Tambun yang dibawakan oleh band asal Yogyakarta tersebut. Saat itu, saya kalau tak salah ingat baru menempuh jenjang perkuliahan.

Awalnya saya berpikir ini band seperti Teamlo atau Pancaran Sinar Petromak, band yang menggambungkan musik dan seni lawak, apalgi saat saya lihat video klipnya personil band ini ada yang berkepala plontos dan berambut warna hijau, wah band humor ini hahaha.

Lirik di lagu Pejantan Tambun pun menggelitik, apalagi untuk mereka yang berbobot badan besar. "Bajuku yang dulu sudah tak cukup lagi. Porsi makanku bertambah banyak sekali. Tapi masih merasa badanku paling sexy" begitu kira-kira penggalan lirik Pejantan Tambun.

Setelah lagu itu, saya tak lagi mendengar lagu-lagu Endank Soekamti, sampai pada akhirnya saya jatuh cinta pada band ini usai menonton vlog dari personil Endank Soekamti, Erix Soekamti di momen diri saya tengah berkutat dengan tugas kantor yang membutuhkan pemikiran inspiratif.

Awalnya saya berpikir vlog Erix akan sama dengan vlog musisi lain yang hanya mengangkat seputar kehidupan band mereka, tapi vlog ini berbeda. Mulai dari situlah saya mulai satu persatu mendengarkan lagu Endak Soekamti, dari album Kelas 1 sampai album Salam Indonesia.

Tak semua lagu Endank Soekamti saya bisa jatuh cinta. Jujur saja, sejumlah lagu Endank Soekamti tak masuk di telinga saya yang mungkin rasa musikalitasnya sangat rendah. Hanya beberapa saja lagu Endank Soekamti yang selalu ada di daftar playlist handphone saya.

Istri saya bahkan sempat mengatakan beberapa lagu Endank Soekamti memiliki rasa ke-alay-alay-an. Apalagi saat istri tahu penyuka band ini disebut Kamtis Family. Wah cap alay makin saja ditempelkan istri saya untuk band ini.

Meski kadang jengah dengan stempel alay, saya tetap saja larut dalam karya Endank Soekamti -- lagu-lagu Endank Soekamti selalu jadi playlist wajib saat berangkat dan bekerja di kantor. Saya pun tak pernah absen untuk mengikuti vlog Erix yang ternyata isinya tak sama dengan banyak vlog seorang musisi.

Bahkan saya sampai banyak menghabiskan waktu berselancar di dunia maya untuk mencari banyak hal tentang band ini, mulai dari kapan terbentuknya, siapa saja personil awal band ini, hingga kegiatan masing-masing personil Endank Soekamti.

Banyak informasi yang saya dapat seperti tak seperti kebanyak band, Endank Soekamti misalnya menempatkan para kru mereka tidak sekedar mereka yang bawa-bawa alat musik semata, namun lebih dari itu seperti menjadi membebaskan Isa Mahendra untuk juga berkarya di band metal, Down for Life atau Deka Pramana yang begitu populer lewat karya audio visualnya.

Hingga informasi soal sosok vokalis awal band ini yang karena suaranya tak bagus -- begitu kira-kira alasan Erix yang pernah ia sampaikan di salah satu vlognya -- digeser posisinya menjadi kru dan sekarang jadi manajer Endank Soekamti, Ulog Soho.

Lewat karya Erix di Endank Soekamti juga saya mendapat banyak inspirasi untuk bisa belajar menembus batas, utamanya soal tugas-tugas di kantor. Ya, saya melihat apa yang dilakukan Erix bersama personil Erix Soekamti melebih batas mereka sebagai grup band.

Erix yang bisa dikatakan sebagai seorang leader di Endank Soekamti memiliki banyak kerja-kerja kreatif yang jika dilihat kadang tak ada hubungannya dengan perannya sebagai seorang bassist.

Ia misalnya membuat lembaga pendidikan alternatif yang dinamakan DOES University -- Does diambil dari nama vlognya, diary of Erix Soekamti --, selain itu ada juga kerja-kerja Erix di banyak video klip musisi lain seperti Cherrybelle. Terkesan Erix seperti multitalent sekali yah, hahaha.

Lewat Does University inilah banyak media memberikan sorotan kepada Erix dan tentu saja Endank Soekamti. Endank Soekamti dianggap tak hanya grup band tapi sebagai sumber inspirasi bagi banyak kalagan muda, begitu kira-kira kesimpulan banyak media.

Soal Does University seperti tak perlu saya bahas panjang lebar, karena sudah banyak media yang membahasnya bahkan Erix sempat beberapa kali diundang untuk jadi narasumber di sejumlah talkshow kenamaan seperti Kick Andy misalnya. Tapi yang jelas hasil dari Does University ini bisa kita lihat dari video klip Salam Indonesia.

Tak hanya itu, Erix bersama Endank Soekamti mungkin salah satu band di negeri ini yang konsisten di bidang merchandise. Boxset Endank Soekamti -- yang kebetulan saya memiliki satu boxset edisi Salam Indonesia, sombong dikit hehehe -- jadi buktinya. Boxset itu seperti cara alternatif Endank Soekamti meraup rupiah sekaligus mendekatkan para Kamtis Family kepada band ini.

Kerja-kerja kreatif yang banyak inilah yang membuat saya sampai titik kesimpulan band ini memang berani untuk menembus batas. Melewati batas ini pun bukan tanpa resiko.

Setahu saya banyak cibiran seiring banyaknya pujian yanng dialamatkan ke Endank Soekamti, bahkan gejolak internal pun sempat membuat band ini juga jadi sorotan setelah drummer mereka, Ari Hamzah mengundurkan diri pada 2016 silam.

Wah di momen itu jujur saja meski baru nge-fans dengan Endank Soekamti, saya merasakan kesedihan saat melihat vlog Erix mengenai keputusan Ari cabut dari Endank Soekamti.

Meski tak paham betul, alasan kuat drummer berkepala plontos itu memilih cabut disaat Endank Soekamti tengah banyak dibicarakan kalangan, saya merasakan ada pemikiran yang tak bisa ditawar-tawar di masing-masing personil Endank Soekamti soal karya kreatif.

Makin menguatkan saya bahwa band ini memang menembus batas ialah saat salah satu lagu di album Soekamti Day, Sampai Jumpa menjadi anthem sejumlah suporter sepakbola. Tengok saja sejumlah video di Youtube bagaimana Bonek, Brigata Curva Sud PSS Sleman menyanyikan lagu ini di dalam stadion, bikin merinding.

Meski tak memiliki kedekatan spesial dengan sepakbola, Endank Soekamti pun pernah tampil di stadion sepakbola, tepantya di Stadion Gelora Bung Tomo saat laga Persebaya vs PS Tira di Liga 1 2018.

Maka tak mengherankan sebenarnya Endank Soekamti banyak mendapat apresiasi dan penghargaan dari banyak pihak. Kerja-kerja kreatif dan prestasi Endank Soekamti ini juga yang membuat band asal Prancis, The Shapers berkolaborasi di lagu Unstoppable yang arrasemen laguya sangat Endank Soekamti sekali.

Salut untuk kerja-kerja Endank Soekamti dan semoga saja lewat tulisan ini bisa mengantarkan saya menonton konser untuk pertama kalinya band ini di Synchronize Fest 2018. Semoga :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun