Mohon tunggu...
Indonesiana Update
Indonesiana Update Mohon Tunggu... Peneliti bidang Sosial Budaya, Kontributor tetap di beberapa media Nasional.

Pecinta literasi sejarah dan isu kebangsaan. Suka menulis opini tentang identitas nasional, dinamika sosial, dan budaya populer Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Swasembada Pangan Bukan Lagi Pilihan, Tetapi Keharusan Nasional

23 September 2025   09:54 Diperbarui: 23 September 2025   09:54 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Dr. Dwi Andreas Santoso, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB (Doc: IPB University)

Jakarta - Guru Besar Fakultas Pertanian IPB, Prof. Dr. Dwi Andreas Santoso, mengatakan bahwa swasembada pangan bukan lagi sekadar jargon politik, melainkan ukuran nyata kemandirian bangsa. Menurutnya, di tengah dinamika pangan global yang semakin tidak menentu, Indonesia tidak punya pilihan lain selain memperkuat ketahanan pangan agar tidak bergantung pada pasokan luar negeri.

Standar internasional yang dikeluarkan oleh FAO menetapkan bahwa swasembada pangan baru tercapai ketika produksi nasional mampu memenuhi 100 persen kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Prof. Dr. Dwi Andreas Santoso mengatakan, langkah paling realistis yang bisa ditempuh pemerintah saat ini adalah menahan laju impor terhadap delapan komoditas pangan utama, mulai dari beras, jagung, kedelai, daging sapi, bawang putih, gula, hingga komoditas strategis lainnya.

Berdasarkan data, pada tahun 2023 total impor pangan Indonesia mencapai 29 juta ton. Menurutnya, jika angka itu dapat dipertahankan dan tidak bertambah hingga tahun 2029, capaian tersebut sudah menjadi prestasi besar.

"Menahan impor tetap pada level sekarang saja sudah luar biasa, karena artinya kita mampu menjaga produksi dalam negeri tetap berjalan," tegasnya.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Dwi Andreas Santoso mengatakan bahwa upaya menuju swasembada pangan membutuhkan strategi terpadu. Ia menilai, kebijakan harga pembelian gabah yang adil dan berpihak pada petani harus dijalankan secara konsisten.

Selain itu, kesejahteraan petani perlu ditingkatkan melalui skema perlindungan dan insentif yang jelas. Tak kalah penting, penyuluhan berbasis ilmu pengetahuan dan pengalaman lapangan harus diperkuat agar petani dapat menerapkan praktik budidaya yang lebih efektif dan berkelanjutan.

Ia menambahkan, inti dari seluruh strategi itu tetap bermuara pada kesejahteraan petani. Menurutnya, swasembada pangan hanya bisa terwujud jika petani merasa dihargai dan termotivasi untuk terus menanam.

"Kunci utama ada pada petani. Ketika mereka sejahtera, mereka akan menanam dengan semangat dan menjaga lahannya tetap produktif," ujarnya.

Pernyataan ini menjadi pengingat bahwa swasembada pangan bukan sekadar cita-cita jangka panjang, tetapi kebutuhan mendesak bagi kedaulatan bangsa.

Dengan komitmen kebijakan yang berpihak pada petani serta konsistensi dalam menjaga produksi nasional, Indonesia memiliki peluang besar untuk mewujudkan kemandirian pangan di tengah ketidakpastian global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun