"Kita negara kaya budaya, mulai kesenian serta lainnya, menjadi ciri khas yang harus ada, lestari selamanya. Jangan sampai hanya tinggal kenangan, ketika asing mengakui baru ketika teriak bahwa itu budaya kita dan harga mati". Jelas Kusnaedi.
"Budaya lokal asli daerah, lanjut Kusnaedi, mengajarkan tentang banyak hal seperti kesopanan, kejujuran, keberanian, kebersamaan atau gotong royong, yang semua itu sudah kita rasakan bersama nyaris hilang berubah menjadi individualisme". Terangnya.Â
Bahkan Kusnaedi juga menaruh kekhwatiran besar terhadap keseharian anak yang kini sudah jarang melakukan aktivitas bermain permainan tradisional.Â
"Sampai tahun 2000 an, permainan anak itu mengandung olah raga fisik dan otak seperti lompat tali, egrang juga lainnya. Sekarang usia belum TK pun sudah diberi gadget, yang kemudian anak diam jarang gerak, mata rusak, mental rusak, mudah emosi, gampang sakit, bagaimana kita akan siap menyambut era emas ?". Tanya Kusnaedi.Â
Sebagai upaya untuk mencegah atau meminimalisir ditinggalkan kebudayaan asli daerah, Kusnaedi berharap masyarakat juga aktif mendukung anaknya dalam kegiatan pelestarian budaya asli daerah.Â
"Sekolah mengajarkan, melatih, kami berharap orang tua juga mendukung, menyemangati. Karena kami yakin semua akan berjalan baik jika mayoritas mendukung". Pungkas Kusnaedi yang kemudian menunjukan piagam serta foto perolehan juara SDN Sawahkulon dalam festival tunas bahasa ibu (FTBI) 2025, yakni;
1. Juara tiga Ngadongeng Putra.
Oleh: ALARIC AKBAR GHAISAN
2. Juara 1 Maca Sajak Putri.Â
Oleh: Bilqis FAUZIAH RAHMANÂ
3. Juara dua Nulis Carita pondok Putra.