Seorang guru menulis sebuah titik hitam di papan tulis besar berwarna putih. Lalu ia bertanya, "Anak-anak, apa yang kalian lihat di sini?"
Semua jawaban sama, "Titik hitam, Pak."
"Apakah hanya titik hitam? tidak adakah yang lain?" tanya Pak Guru kembali.
"Benar, hanya titik hitam," jawab semua muridnya.
"Tidak ada yang lihat dasar yang putih yang sebegitu besarnya?" tanya Pak Guru lagi. Dan semua muridnya terdiam.
Dasar putih itu besar sekali, saking besarnya sampai tak terlihat. Dan inilah cerminan hidup kita. Sekarang tak perlu melihat contoh cerita di atas. Coba lihat di sini:
Lebih mudah bagi kita untuk melihat titik hitam dalam hidup kita. Dan tak mudah untuk melihat ruang putih yang sungguh sangat besar dalam hidup kita. Titik hitam adalah keburukan, dan ruang putih adalah karunia yang amat sangat besar. Ruang putih adalah udara yang kita hirup, sel-sel sehat dan organ yang berfungsi baik dengan sangat menakjubkan di seluruh tubuh kita yang membuat kita masih bisa membaca tulisan ini. Ruang putih adalah rejeki yang membuat kita mampu mendapat akses internet untuk membaca ini, dan ilmu yang membuat kita bisa membaca.
Titik hitam adalah berbagai ujian yang Allah berikan, sakit, perasaan kurang uang, kurang rejeki, kurang sehat, keluhan tubuh, suami yang cuek tadi pagi, anak yang terasa sangat kurang ajar, dan berbagai hal lain.
Kalau dihitung, ruang putih itu jauh lebih besar, begitu juga karunia bagi kita. Kita bisa muncul di dunia, lahir dan besar.. itu semua karunia yang amat sangat besar. Tapi tak terlihat, luput dari perhatian dan tak bisa kita hargai.
Titik hitam ini, atau ujian hidup, jumlahnya amat sangat sedikit dalam hidup. Kalau ada yang sakit, berapa persen sih sel yang ikut sakit, dibanding yang masih berfungsi baik? Dan sudah berapa tahun ia sakit, dibanding berapa tahun ia sehat?