Membangun narasi sebuah pengalaman
Ketika Anies Rasyid Baswedan pernah mengatakan di dalam media sosialnya. slogan kerja, kerja, kerja tak cukup dilakukan. Dari gagasan, lalu ada kata-kata. Harus ada narasi, karena kalau hanya gagasan tanpa narasi, akan di awang-awang. Di balik itu ada gagasan. Lalu, kita bekerja menjaga persatuan, mewujudkan persatuan. Dari mana? Gagasan dan kata-kata. Ini yang harus kita kembalikan,"
Begitulah ketika narasi itu dibuat untuk sebuah giat atau bekerja. Tak boleh ada kertas kosong untuk tak diisi tapi harus dibuatkan dengan catatan dengan buah ide dan pikiran. Kerja itu harus dibuatkan ide dan gagasan kemudian dibuat narasi. Tak boleh ada kertas putih yang kosong tanpa ada tulisan atau goresan.
Ketika kita menuliskan suatu narasi berarti sudah merawat ide dan gagasan yang disuguhkan dalam kerja atau giat yang dilakukan. Kitapun belajar untuk membuatkan asupan perencanaan kerja atau giat. Belajar untuk mengartikulasikan antara ide atau gagasan dengan apa yang kita kerjakan.
Kita kadang mengatakan Kerja cerdas tanpa paham apa yang dimaksudkan dengan kata itu. Kerja Cerdas butuh ide yang akan dikerjakan dibuatkan perencanaan secara matang. Agar hasilnya terlihat dan bisa dirasakan oleh orang lain. Karena kerja cerdas lahir suatu pikiran yang sudah direncanakan. Seumpana seorang guru untuk mengajar pasti di punya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disitu tertulis apa yang akan kita lakukan walaupun pada prakteknya sedikit tak sesuai karena situasi dan kondisi.
Kerja membuat pengalaman yang dapat di kenang kita pastikan agar kerja dapat memiliki kebermanfaatan untuk orang banyak. Dan itu akan tercatat sebagai narasi sejarah yang kelak akan diwariskan oleh anak cucu nanti. Goresan-goresan itulah nanti terlihat oleh generasi yang akan datang. Kita hanya bisa memastikan kerja itu terlaksana sesuai dengan rencana.
Membuat catstan suatu pengalaman kerja kita berarti kita menjaga suatu tradisi masyarakat masa lalu yang dikenal dengan sejarah lisan atau oral history. Pada saat ini sejarah lisan atau oral history masih dianggap kurang penting oleh kita saat ini. Padahal cerita-cerita dapat dijadikan pelajaran untuk generasi yang akan datang. Memang masih banyak sejarah lisan bangsa ini juga perlu digali kembali sebagai akar budaya yang diwariskan oleh pewaris negri.
Pengalaman dalam teks ayat suci
Di dalam Kitab suci terutama alquran yang menjadi pedoman penulis dalam menukil dan menjalani ibadah kepada Allah SWT. Dalam teks ayat Suci Al Quran beragam cerita dan kisah tentang manusia terdahulu mulai dari nabi adam hingga nabi muhammad Saw. Dari cerita orang shalih dan kenabian hingga cerita dari orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT. Semuanya terekam dan diabadikan secara baik dan utuh dalam kitab suci Al Quran.
Alquran memberi nasihat dan bimbingan kepada manusia tentang hikmah di balik peristiwa-peristiwa tertentu. Secara global hal ini tercantum di dalam firman Allah SWT sebagai berikut: ''Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.'' (QS Yusuf [12]:111).
Rasulullah SAW pun menggunakan kisah sebagai media untuk mendidik jiwa para sahabatnya. Di antara kisah yang cukup terkenal di zaman beliau adalah kisah tentang ajakan untuk menyayangi sesama makhluk hidup. Dalam sebuah hadits yang diriwatkan Ibn Umar, Rasulullah menceritakan tentang hukuman bagi orang yang dalam hidupnya menyiksa dan menyia-nyiakan sesama makhluk Allah. Rasulullah bersabda, ''Ada seorang wanita masuk neraka gara-gara seekor kucing yang dia ikat dan tidak dia beri makan. Wanita itu tidak membiarkan binatang itu lepas mencari makanan berupa hewan-hewan kecil di muka bumi,'' (HR Bukhari, Muslim, Malik, dan Abu Dawud). https://republika.co.id/berita/q8dido320/kisahkisah-dalam-alquran-dan-hadits-bisa-jadi-pembelajaran.